Kebangkitan
adalah penerimaan
Lukas 24:36-48
Ada dua hal yang dapat kita lihat
dalam Lukas 24:36-48.
Pertama, ayat 36-42 yang memperlihatkan peristiwa
kebangkitan Yesus, di mana kehidupan telah mengalahkan kematian. Hal penting yang
selalu perlu kita hayati adalah pertanyaan terkait makna peristiwa kebangkitan
Yesus itu. Mengapa kematian dikalahkan? Mengapa ada kebangkitan? Jika kita
melihat sedikit ke belakang, dalam Lukas 9:23-24, Yesus berbicara tentang
diriNya dan tentang mereka yang mau menjadi pengikutNya. Di situ Yesus berkata
bahwa mereka yang tidak takut untuk kehilangan nyawa, justru akan dapat
menyelamatkan nyawa (bdk. Markus 8:33-34). Sebaliknya mereka yang hanya mau
menyelamatkan nyawa, justru akan kehilangan nyawa.
Konteks Lukas 9 sebenarnya
memperlihatkan kehidupan Yesus yang terus menerus memperjuangkan Injil, yaitu
kebenaran, keadilan, dan kehidupan bagi umat manusia sampai mati di kayu salib.
Ketika Yesus tidak pernah takut kehilangan nyawa demi Injil dan cintanya pada
manusia maka Ia justru mendapatkan hidup dan mengalahkan kematian. Dalam
konteks ini makna dan berita Paskah adalah kematian dikalahkan karena kehidupan
terus menerus diperjuangkan dengan cinta tanpa pernah takut mati. Bagian kedua,
ayat 44-48 adalah perintah yang terkait erat dengan bagian yang pertama. Jika kita benar-benar menyambut dan
menerima Yesus yang bangkit itu, maka kita harus hidup dalam pertobatan dan
pengampunan, yaitu hidup seperti Yesus yang memperjuangkan kebenaran, keadilan
dan kehidupan tanpa pernah berhenti (bdk. 1 Yohanes 3:6). Inilah hidup menerima
Yesus dengan cinta dan kesungguhan, bukan basa-basi.
Jika kita ingin
menyambut dan menerima peristiwa Paskah dan menjadi murid Yesus yang bangkit
itu, maka kita harus menghadirkan kehidupan kristiani yang nyata, yang tidak
cukup sekedar memperlihatkan upacara-upacara agama semata. Kita, dengan segala
status dan peran kita (aktivis gereja, anggota keluarga, kaum profesional, para
pekerja, mahasiswa ataupun siswa dsb.) harus menjadi Gereja yang memiliki kebajikan
religius memperjuangkan kehidupan secara konkret dalam kehidupan kita
sehari-hari. Pertanyaannya adalah, apa yang selama ini kita perjuangkan dan
tunjukkan dalam tindakan kita? Apakah pertobatan dan pengampunan yang
menghasilkan kehidupan atau kematian dosa?
Amin
(Disarikan dari kotbah Pdt. Handi H/UKDW pada
kebaktian Minggu, 19 April’15/ HH)
No comments:
Post a Comment