Sunday, April 26, 2015

Ringkasan Khotbah - 19 April 2015

Kebangkitan adalah penerimaan
Lukas 24:36-48

Ada dua hal yang dapat kita lihat dalam Lukas 24:36-48. 

Pertama, ayat 36-42 yang memperlihatkan peristiwa kebangkitan Yesus, di mana kehidupan telah mengalahkan kematian. Hal penting yang selalu perlu kita hayati adalah pertanyaan terkait makna peristiwa kebangkitan Yesus itu. Mengapa kematian dikalahkan? Mengapa ada kebangkitan? Jika kita melihat sedikit ke belakang, dalam Lukas 9:23-24, Yesus berbicara tentang diriNya dan tentang mereka yang mau menjadi pengikutNya. Di situ Yesus berkata bahwa mereka yang tidak takut untuk kehilangan nyawa, justru akan dapat menyelamatkan nyawa (bdk. Markus 8:33-34). Sebaliknya mereka yang hanya mau menyelamatkan nyawa, justru akan kehilangan nyawa. 

Konteks Lukas 9 sebenarnya memperlihatkan kehidupan Yesus yang terus menerus memperjuangkan Injil, yaitu kebenaran, keadilan, dan kehidupan bagi umat manusia sampai mati di kayu salib. Ketika Yesus tidak pernah takut kehilangan nyawa demi Injil dan cintanya pada manusia maka Ia justru mendapatkan hidup dan mengalahkan kematian. Dalam konteks ini makna dan berita Paskah adalah kematian dikalahkan karena kehidupan terus menerus diperjuangkan dengan cinta tanpa pernah takut mati. Bagian kedua, ayat 44-48 adalah perintah yang terkait erat dengan bagian yang pertama. Jika kita benar-benar menyambut dan menerima Yesus yang bangkit itu, maka kita harus hidup dalam pertobatan dan pengampunan, yaitu hidup seperti Yesus yang memperjuangkan kebenaran, keadilan dan kehidupan tanpa pernah berhenti (bdk. 1 Yohanes 3:6). Inilah hidup menerima Yesus dengan cinta dan kesungguhan, bukan basa-basi.

Jika kita ingin menyambut dan menerima peristiwa Paskah dan menjadi murid Yesus yang bangkit itu, maka kita harus menghadirkan kehidupan kristiani yang nyata, yang tidak cukup sekedar memperlihatkan upacara-upacara agama semata. Kita, dengan segala status dan peran kita (aktivis gereja, anggota keluarga, kaum profesional, para pekerja, mahasiswa ataupun siswa dsb.) harus menjadi Gereja yang memiliki kebajikan religius memperjuangkan kehidupan secara konkret dalam kehidupan kita sehari-hari. Pertanyaannya adalah, apa yang selama ini kita perjuangkan dan tunjukkan dalam tindakan kita? Apakah pertobatan dan pengampunan yang menghasilkan kehidupan atau kematian dosa?
Amin

(Disarikan dari kotbah Pdt. Handi H/UKDW pada kebaktian Minggu, 19 April’15/ HH)

No comments:

Followers

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda


Kami Kerjalayan Kesehatan Anda

Kami Kerjalayan Kesehatan Anda