Saturday, October 8, 2016

Ringkasan Khotbah - 02 Oktober 2016


Iman dan Laku Sederhana

Apakah saat ini kita membutuhkan iman? Mungkin sebagian besar umat Kristiani akan menjawab: “Ya, pasti. Apalagi saat ada dalam pergumulan”. Benar, namun tak bisa dipungkiri dalam keseharian, ada sejumlah orang yang lebih mengandalkan uangnya atau jabatannya, bukan iman. Contoh, ada beberapa orang Kristen yang menganggap uang, jabatan, kepintaran menentukan jalan hidup seseorang. Semakin banyak uang yang dimiliki seseorang, semakin mudah hidup yang dijalaninya. Sebaliknya seseorang yang uangnya pas-pasan, jalan hidupnya pun pas-pasan; apalagi mereka yang tidak punya uang, sudah pasti hidup mereka sengsara. Mereka yang menganut prinsip ini pada akhirnya jatuh pada kesia-siaan, mereka sibuk mengumpulkan uang namun selalu merasa kurang. Mereka sibuk mengejar prestasi dan jabatan namun selalu merasa tidak tenang.
Murid-murid Tuhan Yesus dalam Injil Lukas 17:5 pun mempunyai pemikiran yang persis sama seperti mereka yang menganggap keberhasilan hidup ditentukan oleh besarnya uang atau tingginya jabatan. Bagi murid-murid Tuhan Yesus semakin besar atau semakin kuat iman seseorang, semakin mudah hidup yang mereka jalani. Jikalau mereka memiliki iman yang besar, segala tantangan dan cobaan pasti bisa diatasi. Bahkan dengan iman yang besar, mereka pasti bisa mengampuni siapa saja; mereka pasti bisa mengalahkan kuasa-kuasa kegelapan dan menyembuhkan yang sakit seperti yang Tuhan Yesus lakukan. Namun apakah anggapan para murid ini benar? Ternyata tidak. Tuhan Yesus justru mengatakan: “Jikalau kamu memiliki iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat mengatakan kepada pohon ara ini, terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.” Memindahkan pohon itu hal biasa, tetapi memindahkan pohon dan menanamnya di dalam laut, itu mustahil. Namun yang mustahil ini bisa terjadi kalau murid-murid Tuhan Yesus memiliki iman, sekalipun iman itu hanya sebesar biji sesawi. Tantangan dan cobaan hidup bisa diatasi hanya dengan iman sebesar biji sesawi, konon biji sesawi adalah biji sayuran yang sangat kecil. Pergumulan bahkan yang menurut sebagian besar orang mustahil untuk diselesaikan, dengan iman yang hanya sebesar biji sesawi, pergumulan itu bisa teratasi. Jadi bagi Tuhan Yesus persoalannya bukan seberapa besar atau seberapa banyak iman yang kita miliki, tetapi apakah kita mempunyai iman.
Lantas apakah iman itu? Iman adalah keyakinan untuk terus berjalan bersama Tuhan dan untuk setia melakukan kehendak-Nya. Lalu apakah kehendak Tuhan itu? Injil Matius 5:13-14 menyatakan bahwa Tuhan mempersatukan kita agar kita menjadi garam dan terang dunia. Dengan demikian, beriman berarti tetap menjadi garam dan terang dunia sekalipun berhadapan dengan aneka tantangan dan cobaan. Contohnya, saat seseorang menyakiti hati kita, apakah kita mau mengampuni? Bagaimana kalau dalam sehari ia tujuh kali melukai hati kita, apakah kita akan mengampuninya? Bagaimana kalau setiap hari selama satu minggu, ia berulang kali melukai kita? Apakah kita masih mau mengampuni kesalahannya? Sebagian orang akan berkata tidak, tetapi sebagai murid-murid Tuhan Yesus, Tuhan Yesus menghendaki agar kita mengampuninya. Karena itu, kita akan tetap mengasihi dia; kita akan tetap mempercayainya. Bagaimana kita melakukannya? Dengan iman. Iman menolong kita untuk percaya bahwa teladan Tuhan Yesus adalah teladan yang baik, yang membawa damai bagi kehidupan kita. Iman menolong kita untuk yakin bahwa mengampuni dan mengasihi mereka yang berulang kali melukai kita akan membuat hati kita tenang, damai dan bahagia. Iman menolong kita untuk percaya bahwa di tengah kesulitan apapun, apabila kita bersedia meneladani sikap dan perbuatan Tuhan Yesus, itu akan membuat hati, jiwa dan pikiran kita tentram.
Saudara, Tuhan Yesus juga mengajarkan kita untuk meneladani sikap seorang hamba. Sekalipun ia sudah lelah bekerja, namun bila tuannya menghendaki ia untuk menyiapkan makanan dan minuman, seorang hamba harus melakukan kehendak tuannya itu. Ia baru bisa beristirahat saat tuannya menyuruhnya. Apabila semua pekerjaan telah selesai, dan sang tuan memuji hasil kerjanya, seorang hamba selayaknya berkata: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna, kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” Inilah laku iman. Kita adalah hamba Kristus, kita pun hanya melakukan apa yang Tuhan Yesus ajarkan. Mungkin saat mengerjakannya kita akan berhadapan dengan tantangan dan cobaan, mungkin kita akan mengalami masa-masa yang sukar. Namun saat mengalami semua itu, jangan biarkan kita kehilangan kemampuan untuk mengasihi, untuk mengampuni, untuk menjadi garam dan terang dunia. Sebab itulah yang Allah kehendaki. Kita bisa melakukan semua itu, kalau kita mau bersandar kepada Tuhan, menerima uluran tangan-Nya dan percaya kepada-Nya.
Bunda Teresa suatu kali mengatakan: “Kita tidak bisa melakukan pekerjaan besar, tetapi kita bisa melakukan hal kecil dengan cinta yang besar.” Kita bisa mulai dengan mengasihi, mengampuni sesama. Memperhatikan kebutuhan orang lain atau menghibur mereka yang sengsara. Kita dapat melakukannya bukan dengan kekuatan kita tetapi dengan cinta dan kekuatan Allah.


(Disarikan dari kotbah Pdt. Eko P S,Minggu 2 Oktober 2016, oleh EP )

No comments:

Followers

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda


Kami Kerjalayan Kesehatan Anda

Kami Kerjalayan Kesehatan Anda