AKU INI, JANGAN TAKUT!
Tema minggu ini dikutip dari perkataan Tuhan Yesus kepada para murid yang sedang panik dan ketakutan. Dalam narasi Matius 14:22-33 memang dikatakan bahwa Tuhan Yesus pada awalnya menyuruh para murid untuk pergi mendahului Dia ke seberang, sementara Dia sendiri pergi ke atas bukit untuk berdoa sendirian di sana. Sudah beberapa mil jauhnya dari bibir pantai, ketika angin sakal menghantam dan mengombang-ambingkan perahu itu. Tentu saja mereka takut. Tetapi ketakutan mereka itu kemudian berubah menjadi kepanikan ketika mereka tiba-tiba melihat dalam gelap (jam 3 pagi) ada sesosok bayangan yang menghampiri mereka. Bayangkan, di tengah laut yang sedang bergelora, di saat kegelapan masih sangat pekat, tiba-tiba mucul sosok bayangan yang menghampiri mereka, yang muncul dalam benak mereka dengan cepat adalah bahwa yang menghampiri mereka itu adalah hantu. Yang datang dalam gelap, yang berjalan di atas air, yang menembus badai pastilah bukan manusia. Lalu siapa? Hantu!
Sebagian orang mengatakan reaksi mereka itu wajar. Hm,… buat orang yang tidak bergaul dengan Tuhan Yesus, buat orang yang belum pernah meyaksikan dan mengalami sendiri mujizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, maka mungkinlah jika bereaksi demikian. Tetapi jika yang bereaksi para murid? Aih….
Reaksi para murid ketika menghadapi badai menggambarkan tiga hal:
Pertama, itu menunjukkan bahwa mereka tidak mengenal Tuhan Yesus dengan benar. Bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan yang mengetahui apa yang sedang menimpa murid-Nya. Ia tidak pernah dipisahkan dapat dipisahkan dari kehidupan dan pergumulan para murid (lihat, serentak Yesus dapat menghampiri para murid yang ada di laut, sementara di awal dikatakan bahwa Yesus di bukit, berdoa sendirian). Yesus adalah Tuhan yang selalu ada.
Kedua, reaksi para murid itu menunjukkan bahwa mereka sudah membatasi apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh Yesus. Sehingga mereka sama sekali tidak meduga bahwa Yesus dapat berjalan di atas air. Dalam pikiran mereka hanya hantu yang dapat melakukannya. Para murid sudah membatasi kekuasaan Tuhan dengan membuat denah dalam pikiran mereka tentang apa yang dapat dan tidak dapat dikerjakan oleh Tuhan Yesus.
Ketiga, reaksi murid (Petrus maksudnya), yang meminta tanda (mengajukan syarat) untuk bisa percaya bahwa itu Tuhan, ketika syarat dan tanda itu sudah dipenuhi oleh Tuhan, ia tetap tidak percaya. Petrus lebih mau merasakan tiupan angin itu daripada kuasa Tuhan yang memanggil dia. Petrus meniadakan karya Tuhan dengan kecondongannya untuk lebih merasakan kekuasaan badai daripada kekuasaan Tuhan yang sudah dia alami.
Saudara-saudara, bagaimana dengan kita ketika kita mengalami badai dalam hidup kita? Hendaklah kita sungguh belajar dari kisah dalam Matius, bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan yang tidak pernah jauh dari kita. Ia adalah Tuhan yang berkuasa untuk melakukan apapun. Karena itu hendaklah kita tidak membatasi kekuasaan-Nya dengan pikiran dan prasangka kita. Bebaskan dan ijinkah Tuhan berkarya dan memperlihatkan kuasa-Nya yang melampaui kemampuan akal pikir kita. Belajarlah dari kesalahan Petrus, untuk tidak meniadakan karya Tuhan. Lihatlah hidup kita. Bukankah seluruhnya adalah karya kekuasaan Tuhan? Jadi mengapa kita meragukan lagi kehadiran dan kemampuannya untuk menolong kita? Tuhan menolong kita untuk percaya kepada-Nya. Ia mau kita tidak takut. Dengarlah suara-Nya di tengah badai hidup kita: “AKU INI, JANGAN TAKUT!”
Amin.
Thursday, August 14, 2008
RINGKASAN KHOTBAH KEBAKTIAN MINGGU LALU
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Followers
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Kami Kerjalayan Kesehatan Anda
No comments:
Post a Comment