MENGAMPUNI ADALAH SEBUAH PERTANGGUNGJAWABAN
Pertanyaan Petrus "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" (Mat 18:21) adalah sebuah pertanyaan yang mengharapakan sebuah pujian dari Yesus bagi dirinya. Batas pengampunan yang diajukan Petrus sebanyak tujuh kali adalah sebuah batas yang sudah melampaui ajaran yang lazim pada saat itu (batas maksimal adalah tiga kali; bdk Amos 2:6). Jadi sepantasnyalah jika Yesus memuji sikap Petrus yang menambahkan jumlah pada batas itu. Tetapi atas pertanyaan itu Yesus menjawab, "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”
Jawaban Yesus itu mau menunjukkan beberapa hal,
1. Manusia tidak berhak untuk membuat batasan untuk sebuah tindakan mengampuni sesamanya. Manusia tidak berhak menghentikan pengampunan terhadap sesamanya atas dasar alasan apa pun! Yang berhak untuk menghentikan itu adalah Allah, bukan manusia. Jadi persoalan mengampuni bukanlah sebuah pilihan tetapi sebuah keharusan yang tidak dapat ditolak manusia.
2. Pengampunan itu hendaknya bersifat menyeluruh dan lengkap. Artinya bahwa setelah memberi pengampunan maka hendaknya yang mengampuni itu memandang yang sudah diampuni sebagai sebuah pribadi yang baru. Memberikan kesempatan dan juga hidup baru. Hal mengampuni yang menyeluruh dan sempurna itu terlihat dalam tindakan Allah kepada umat-Nya (Kel. 14:19-31). Betapa terhadap umat yang memberontak, tidak tahu bersyukur, selalu menuntut dan mempersalahkan hingga berujung pada pengkhianatan itu, Allah tetap berlaku benar. Ia tetap menuntun umat-Nya dengan tiang Awan dan Api. Ia tidak membiarkan mereka tersesat di padang gurun. Allah tetap memberikan makanan dan minuman kepada mereka, sehingga mereka tidak mati karena kelaparan dan kehausan. Bahkan Allah bertempur melawan tentara Mesir untuk keselamatan umat-Nya. Perlakuan Allah itu menunjukan kesediaan Allah mengampuni secara menyeluruh, memberikan kepada mereka kesempatan baru dan hidup baru.
3. Pengampunan itu harus diberikan betapapun sulitnya. Rom 14:3,4, “…janganlah menghakimi orang yang makan, sebab Allah telah menerima orang itu. Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain…” Karena Allah telah menerima semua orang (bahkan yang lemah imannya, dalam Rom 13:1-12), jadi tidak ada alasan bagi kita untuk menolak mengampuni sesama atas dasar alasan apapun.
4. Dalam perumpamaan di Matius, kita diingatkan bahwa sebetulnya kita juga adalah orang berdosa (berhutang) yang sudah diampuni (ditebus) Allah karena belas kasih-Nya kepada kita. Sehingga patutlah kita menaruh belas kasih dan pengampunan juga terhadap sesama. “Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.” AMIN
(Khotbah Minggu, 14 Sept 2008, diringkaskan oleh Pdt. EY)
Wednesday, September 17, 2008
RINGKASAN KHOTBAH 14 SEPTEMBER 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Followers
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Kami Kerjalayan Kesehatan Anda
No comments:
Post a Comment