MENJADI IBU BAGI SESAMAUl 34:1-12; II Tes 2:1-8; Mat 22:34-46
Saudara-saudara pasti mengenal lagu anak-anak dari jaman baheula yang syairnya begini:Kasih ibu, kepada betaTak terhingga sepanjang masaHanya memberi, tak harap kembaliBagai sang surya menyinari duniaLagu itu menceritakan betapa seorang ibu ketika menaruh kasih kepada anaknya, maka ia akan menaruh kasih itu sepanjang masa (sampai akhir hayat dikandung badan; tidak berhenti dan tidak terhentikan oleh apa dan siapapun juga). Sebuah kasih yang tanpa syarat, tanpa tuntutan. Seperti surya yang selalu bersedia menyinari dunia tanpa mengharap bahwa kelak dunia akan membalas kebaikannya, begitulah seorang ibu, hanya memberi, tak harap kembali. Kasih yang sepi pamrih.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa yang terutama dalam dunia ini adalah menaruh KASIH kepada Allah dan juga kepada sesama. Ketika Tuhan Yesus memberikan perintah ini (mengasihi sesama), IA memberikan sebuah pegangan bagaimana caranya. Yaitu mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Artinya jika kita ingin diperlakukan adil, sopan, ramah, benar, maka demikianlah kita harus melakukannya kepada sesama. Jika kita gagal, kita ingin diampuni dan diberi kesempatan untuk memperbaiki kegagalan kita, maka begitu jugalah semestinya kita berlaku terhadap sesama. Jika kita ditindas dan dianiaya, kita ingin dihibur, dikuatkan dan dibebaskan, maka begitulah juga semestinya kita berlaku terhadap sesama kita.
Paulus tetap mau menghadirkan dirinya bagi Jemaat di Tesalonika, ia tetap bersedia mengabarkan Injil Allah meski pun dia sendiri mengalami kesulitan dan penderitaan karenanya. Ia melakukan begitu karena ia mengasihi Jemaat Tesalonika seperti kasih seorang Ibu, yang ingin membagikan kedamaian, kegembiraan dan ketenangan; sehingga pahit dan derita pun rela ia tanggung.
Musa ketika ia mati ditangisi tiga puluh hari lamanya oleh Israel. Mengapa? Apa yang istimewa dari dia? Bukankah Musa itu gagal masuk dalam Tanah Perjanjian? Tetapi kenapa ia tetap ditangisi sebegitu lama? Musa memang gagal memasuki Tanah Perjanjian. Allah tidak mengijinkannya masuk. Allah hanya mengijinkannya melihat tapi tidak mengijinkannya menginjak Tanah itu. Tetapi Musa adalah sesosok figur yang melaluinya, orang Israel mempunyai tempat untuk mengaduh dan mengadu. Melaluinya, orang Israel menemukan figur yang terus mau membela meskipun Israel salah. Melaluinya, orang Israel merasakan pengasuhan dan perlindungan. Ia sudah menjadi figur Ibu bagi Israel. Cintanya kepada Israel itulah yang membuat Israel selamat. Cintanya kepada Israel itulah yang membuatnya menjadi seorang besar.
Saudara-saudara, kita diajak bahkan sudah diperlengkapi oleh Allah untuk memainkan sebuah peran, menjadi Ibu bagi sesama. Menjadikan diri kita tempat untuk mengaduh dan mengadu. Menjadikan diri kita sebagai tempat yang nyaman, yang memberi kehangatan dan kesediaan untuk membela dan memberi diri. Tuhan ingin kita menaruh kasih kepada-Nya dengan mewujudkannya melalui kasih kita kepada sesama.Tuhan memberkati kita. AMIN(PdtEY)
Friday, October 31, 2008
Ringkasan Kothbah, 26 Oktober 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Followers
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Kami Kerjalayan Kesehatan Anda
No comments:
Post a Comment