MENGENANG KEMBALI KARYA KESELAMATAN ALLAH DAN MEMPEROLEH KEKUATAN BARU
Yos 24:1-3,14-25; Mzm 78; I Tes 4:13-18; Mat 25:1-13
Yosua sudah berusia seratus sepuluh tahun ketika ia menuntut sebuah keputusan Israel akan keimanan mereka. Yosua berhasil mengarahkan Israel pada sebuah pengakuan terhadap Allah secara definitif dan berhasil menolong Israel untuk menentukan iman mereka. Terhadap Allah yang mengeluarkan mereka dari tanah perbudakan, tanah Mesir; terhadap Allah yang berjalan di depan mereka; terhadap Allah yang mengalahkan musuh-musuh dan Allah yang memelihara mereka dengan roti manna dan air dari cadas-lah mereka akan beribadah. Sebuah pengakuan yang bermuara kepada karya keselamatan yang Allah sudah lakukan dan buktikan kepada mereka.
Yosua memang menghendaki Israel terus mengenang karya keselamatan Allah dalam kehidupan mereka agar yang pertama mereka tidak menjadi sombong dan tinggi hati ketika mereka hidup dalam kemakmuran. Ketika mereka berhasil masuk dan diam di negeri yang berlimbah susu dan madu mereka tidak akan melupakan kehadiran dan peran Tuhan serta merasa bahwa semua diperoleh karena jerih juang mereka sendiri. Namun yang kedua serentak dengan itu juga adalah bahwa dengan mengenang karya keselamatan Allah maka mereka juga tidak akan jatuh didorong masuk kepada keputusa-asaan oleh badai kehidupan. Betapa pun sulit dan mustahilnya mereka keluar dari persoalan mereka, mereka tetap bisa berharap sebab mereka punya Allah yang sudah terbukti kuasa dan kasih-Nya kepada mereka.
Melalui kacamata ini kita juga di ajak untuk memaknai perumpamaan tentang Kerajaan Sorga, yang oleh Tuhan Yesus disampaikan sebagai sepeluh gadis yang tengah bersiap menyambut kedatangan mempelai lelaki. Lima gadis disebut bodoh karena mereka tidak membawa cadangan minyak sedang lima gadis lain disebut sebagai bijaksana karena mereka membawa minyak cadangan dalam buli-buli. Gadis-gadis itu adalah umat Tuhan sedang mempelai lelaki itu adalah Tuhan sendiri dan minyak itu adalah iman kepada Allah. Umat yang bijaksana adalah umat yang selalu mampu beriman kepada Allah. Betapa pun mustahil dan sulitnya, ia tetap mempunyai cadangan; seperti lima gadis yang bijaksana itu. Mereka tetap siap dan layak untuk menyambut mempelai lelaki karena mereka tidak pernah kehabisan minyak.
Buli-buli kita semestinya juga tetap terisi penuh oleh iman, harapan dan kasih supaya kita tetap sedia dan layak menyambut kedatangan Tuahn yang kedua. Tapi bagaimana agar buli-buli kita tetap penuh di tengah kesulitan yang menderas? Bagaimana kita bisa tetap mempunyai harapan, iman dan kasih? Salah satu caranya adalah dengan mengenang (tidak melupakan) kehadiran dan peran yang sudah Allah lakukan dalam sejarah hidup kita. Sambil berjuang untuk tetap percaya, bahwa Allah yang berkuasa di masa lalu itu adalah juga Allah yang berkuasa di masa kini dan akan terus berkuasa di masa depan. Mari kita taruh ingatan kita kepada Allah yang terus berkarya itu agar kita berlaku rendah hati dengan penuh syukur dan sekaligus agar kita memperoleh kekuatan baru untuk menghadapi kehidupan ini karena kita tahu Tuhan beserta kita. AMIN
No comments:
Post a Comment