Saturday, February 7, 2015

RINGKASAN KHOTBAH 01 PEBRUARI 2015

MENGAJAR DAN BERKATA-KATA DENGAN KUASA

Bagi banyak orang pada zamannya, Yesus barangkali dianggap sebagai salah satu dari sekian banyak Rabbi atau Ahli Taurat yang mengajarkan Firman Tuhan kepada umat Israel. Sama seperti para Rabbi atau Ahli Taurat lainnya maka pangkalan utama Yesus juga Bait Allah. Dari sana Ia berkeliling ke semua pelosok. Namun demikian penginjil Markus mencatat tanggapan dari umat terhadap keduanya. Respek lebih banyak diberikan kepada Yesus ketimbang kepada para guru agama Yahudi itu. Apa yang membedakannya? “Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa.” Kata ‘berkuasa’ (ekszousia) bisa diterjemahkan dengan ‘berwibawa’ atau ‘punya otoritas’ tetapi dengan melihat konteks bacaan maka kata yang paling tepat yang bisa dipakai dan dikenakan kepada Yesus adalah ‘integritas’. Yesus mengajar dengan ‘integritas’ penuh bukan hanya karena metoda mengajarnya pas tetapi karena Dia taat pada Pengutus-Nya dan ketaatan itu menyatu dengan seluruh kehidupan-Nya dan tercerpancar keluar dalam sikap, perilaku dan karya-Nya.

Yang membedakan adalah  integritas.  Keadaan yang utuh dan satu. Dengan sikap moral yang baik, kalau dikenakan pada kehidupan beriman berarti menyatunya iman kepada Tuhan dalam perkataan dan perbuatan.

1.          Yesus – menghadirkan Bapa-Nya dan bukan hanya menggunakan otoritas Bapa-Nya. Allah Bapak-Nya menjadi yang nomer satu dan terutama dalam kehidupannya. Otoritas ilahi ada pada-Nya. Dia mengenal dengan sangat baik Bapak yang diberitakan-Nya atau malahan dihadirkan-Nya. Dia berkata-kata atas nama Bapa dan karena itu mesti mempertanggungjawabkan kata dan tindakan karena kata itu kepada Allah sendiri. Dia mengenal persis rencana-rencana, keinginan-keinginan, dan karakter-karakter Bapa-Nya
2.         Otoritas ilahi itu mengejawantah melalui pribadinya yang mulia. Kalau dia menyatakan Bapa-Nya menghargai manusia melalui diri-Nya maka Ia pun sangat menghargai orang lain, memperhatikan perasaan orang lain, bisa mengerti kondisi orang lain, dan bisa memaafkan orang lain. Bapa-Nya mau manusia yang dikasihi-Nya sejahtera, maka karya-Nya juga memulihkan kesejahteraan manusia. Bapa-Nya rendah hati maka Ia pun bersikap sama. Jadi kalau dia membuat mujizat bukan mujizatnya menjadi yang nomer satu tetapi Tuhan yang mau melakukannya mau memulihkan kemanusiaan.
3.         Dalam kaitan dengan penggunaan kata-kata dalam relasi dengan kehidupan sesehari pun  Bapa-Nya dihadirkan-Nya.  Para pengikut-Nya harus mengambil sikap yang sama dan cara Tuhan Yesus memakai sabdanya menjadi patokan dan pedoman yang normatif bagi kita. Kata-kata dipakai untuk menyejahterakan kehidupan bersama secara positif dan proaktif.
Contohnya ketika kita mesti menyikapi berita yang disampaikan kepada kita dan menuntut responsi kita. Di sini integritas kita diuji. Kita bisa menggunakan Socrates Three filters test. Mari kita gunakan tiga tapis atau filter terhadap semua informasi yang kita terima. TRUTHNESS, GOODNESS, dan USEFULNESS. Apakah beritanya Benar, apakah membawa kebaikan, dan apakah bermanfaat untuk kehidupan bersama dengan sesama. Dari cara kita menggunakan kata-kata kita  maka secara berintegritas dan Tuhan dimuliakan karenanya.


(disarikan dari kotbah Pdt. Samuel Santoso, 1 Pebruari 2015 oleh ss)

No comments:

Followers

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda


Kami Kerjalayan Kesehatan Anda

Kami Kerjalayan Kesehatan Anda