Dimuliakan
dalam Kemuliaan Kristus
2
Raja-raja
2:1-12; Mazmur 50:1-6; 2 Korintus 4:3-6; Markus 9:2-9
Dalam Minggu Transfigurasi, umat percaya mengenang
dan merayakan peristiwa pemulian Yesus. Tiga murid Yesus yaitu
Petrus, Yakobus dan Yohanes melihat tubuh Yesus memancarkan kemuliaan
ilahi-Nya yang nampak melalui perubahan rupa Yesus dan pakaian Yesus
yang sangat putih dan berkilat-kilat (
Markus 9:2-3).
Peristiwa transfigurasi memberikan peneguhan
bahwa Yesus adalah Mesias yang dinyatakan dalam peristiwa
kemuliaan-Nya melainkan juga dinyatakan oleh penetapan Allah sendiri.
Allah berfirman “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia
(Markus 9:7)”. Relasi khusus dengan Allah
tersebut tidak diperuntukkan untuk Musa dan Elia sebab Firman Allah
tersebut dikatakan saat Elia dan Musa tidak lagi ada bersama mereka
(Markus 9:8). Dengan demikian sang Mesias
bukanlah Musa sekalipun ia pernah memandang wajah Allah di atas
gunung Sinai. Bukan pula Elia sekalipun Elia pernah membuat berbagai
mujizat dan tidak mengalami kematian melainkan dalam kitab
2 Raja-raja 2:11 dikatakan datang kereta berapi dengan kuda berapi
membawa Elia naik ke sorga dalam angin badai.
Peristiwa transfigurasi Yesus meneguhkan
bahwa Yesus adalah Mesias dengan demikian peristiwa transfigurasi
Yesus menunjukaan bahwa penyataan dan
karya keselamatan Allah berpuncak dalam kehidupan Yesus
yang akan ditempuh melalui penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya.
Dengan demikian penderitaan, kematian dan kebangkitan Yesus
ditempatkan dalam perspektif penyataan Kemuliaan Yesus sebagai Anak
Allah.
Melalui peristiwa transfigurasi Yesus, umat
percaya dipersekutukan dalam kemuliaan ilahi. Musa
dan Elia adalah insan manusia yang diperkenankan mengalami
transfigurasi bersama Yesus sehingga ketiganya mengalami kemuliaan
ilahi. Kesaksiaan ini menegaskan bahwa bersama Yesus yang dimuliakan,
setiap umat juga akan dimuliakan sebagaimana Musa dan Elia telah
mengalaminya. Tujuan utama dari peristiwa transfigurasi Yesus adalah
jaminan keselamatan Allah di dalam Kristus. Jaminan keselamatan Allah
tersebut dinyatakan kelak pada akhir zaman yaitu ketika keberadaan
kemanusiaan kita pada saatnya kelak akan dimuliakan Allah.
Oleh karena itu panggilan kita saat ini sebagai
umat percaya, sebagai umat manusia yang masih terus menjalani
kehidupan adalah menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan harkat
kehidupan sesama. Menghargai
nilai-nilai kemanusiaan dan harkat kehidupan sesama adalah bagian
yang penting dalam memahami makna transfigurasi Yesus.
Umat dalam kehidupan sehari-hari mempraktikan sikap penghargaan yang
tinggi kepada kehidupan sesama dengan cinta-kasih dan pengampuanan.
Sehingga kita mampu meniadakan berbagai
bentuk kekerasan (KDRT ke pasangan atau
anak baik fisik atau verbal), ketidakadilan (eksploitasi kepada
sesama yang dianggap lemah), diskriminasi (perlakukan yang tidak adil
karena suku, agama, gender)
(disarikan
dari kotbah Sdri. Kristina Simaremare,15 Pebruari 2015 oleh ks)
No comments:
Post a Comment