KUASA KEBANGKITAN KRISTUS
YANG MENGUBAHKAN
Kubler-Ross dalam bukunya
Death and Dying menjelaskan tentang tahap-tahap kedukaan yang dialami oleh
seseorang saat ditinggalkan oleh orang-orang yang mereka kasihi. Menurutnya ada
5 tahap kedukaan yang dilewati seseorang, antara lain: Tahap Penyangkalan (Denial),
Tahap Marah (Anger), Tahap
Tawar-Menawar (Bargaining), Tahap Depresi (Depression)
dan Tahap Penerimaan (Acceptance).
Melihat kondisi yang
dialami oleh kedua murid Yesus yang berjalan ke Emaus, mereka sedang dalam
keadaan terpukul. Mereka tidak menyangka bahwa Yesus guru mereka mati dengan cara yang mengenaskan. Guru yang
mereka anggap sebagai nabi dan pemimpin, yang mereka harapkan mampu membebaskan
mereka dari tangan penjajahan Romawi, telah mati tersalib. Mereka terpukul,
sedih, dan tidak percaya bahwa Yesus telah mati disalibkan. Di sini mereka
berada pada tahap pertama dalam kedukaan, yaitu Tahap Penyangkalan (Denial).
Mereka bahkan
dibingungkan dengan kisah beberapa murid yang datang ke kubur Yesus dan tidak
menemukan jenasahnya. Saat itu, muncul isu yang disebarkan oleh orang-orang
Yahudi, bahwa jenasah Yesus dicuri saat serdadu-serdadu penjaga makan sedang
tidur. Mereka putus asa, bingung, putus asa, putus harapan, dan terkungkung
dalam kesedihan.
Dalam kondisi itu,
mereka memutuskan untuk pulang ke Emaus. Dalam perjalanan mereka tidak
menyadari ada Yesus yang berjalan bersama dengan mereka. Bahkan Yesus menegor
mereka dengan keras dengan sebutan orang bodoh. Namun mereka tidak menyadari ada
Yesus yang telah bangkit, ikut berjalan bersama mereka. Yesus adalah orang
asing bagi mereka. Ada sesuatu yang menghalangi mereka.
Baru setelah Yesus
diajak kedua murid itu untuk menginap di rumah mereka dan makan bersama dengan
mereka, saat Yesus mengucap berkat dan memecah roti, mereka sadar bahwa orang
asing yang berjalan dengan mereka adalah Yesus. Yesus telah bangkit,
kebangkitannya bukan lagi isu, kebangkitannya nyata. Kedua murid itu menjadi
saksi kebangkitanNya. Saat itu juga dukacita berubah menjadi sukacita, putus
asa menjadi berkobar-kobar, kehilangan harapan menjadi penuh harapan. Jenasah
Yesus bukan dicuri, tetapi Yesus telah bangkit. Kuasa kebangkitan Kristus
mengubahkan hidup manusia yang percaya kepadaNya.
Apa yang dialami oleh
kedua murid Yesus yang berjalan ke Emaus, mencerminkan juga kehidupan orang
percaya saat ini. Dimana banyak orang berharap ikut Yesus pasti mujur, pasti
banyak berkat, pasti sukses, pasti pergumulannya ringan. Tetapi ketika
kenyataannya berbeda dengan yang dia harapkan, ternyata banyak pergumulan yang
dia hadapi, bisnis bermasalah, keluarga bermasalah, pergumulan datang
bertubi-tubi, dia mulai kecewa ikut Yesus. Dia mempertanyakan kebenaran Tuhan
meragukan kasih Tuhan dalam hidupnya.
Perhatikanlah, pada
saat kedua murid di Emaus itu mengundang Yesus mengundang ke rumahnya dan
mengajak Yesus makan bersama, mereka akhirnya menyadari bahwa orang yang
dianggap asing bagi mereka adalah Yesus, Guru mereka yang telah bangkit.
Pertanyaannya sekarang adalah, apakah kita sudah sungguh-sungguh mengajak Yesus
masuk ke dalam hidup kita? Atau selama ini kita hanya berjalan bersama dengan
Yesus namun masih menganggapNya sebagai orang asing? Marilah kita renungkan!
Yesus bukanlah pribadi
yang mau menguasai hidup kita, melainkan Dialah yang memiliki hidup kita
tatkala kita percaya kepadaNya. Undanglah Yesus masuk ke dalam hati kita dan
biarkan dia mengisi ruang kosong yang selama ini kita rasakan. Biarlah Yesus
memiliki hidup kita dan pecayalah pada kuasaNya. Jika kuasa Yesus mampu mengubah
hidup dua orang muridNya yang berjalan ke Emaus, maka kuasa yang sama juga
mampu mengubah hidup kita.
Ketika Yesus menjadi
pemilik hidup kita, maka Roh Kudus akan memampukan kita melihat karya Tuhan di
tengah badai kehidupan yang kita alami. Kita akan mampu melihat kasih dan
penyertaan Tuhan, mampu melihat berkat-berkat yang hadir tanpa kita meminta
kepadaNya, mampu melihat rencana Tuhan pasti indah pada waktunya. Kini, mari
kita undang Yesus masuk dalam hidup kita, menyatu dan tanpa sekat. Kiranya kasih
Tuhan senantiasa menyertai kita. Amin.
(Disarikan dari Kotbah Sdr. Adi
Netto Kristanto, Minggu 5 April 2015, ANK )
No comments:
Post a Comment