Friday, August 21, 2015

Ringkasan Khotbah - 09 Agustus 2015

JADILAH PENURUT-PENURUT ALLAH
Yohanes 35, 41-51

Pengajaran Yesus tentang Roti Hidup ternyata dipahami berbeda oleh orang banyak yang mengikuti Dia. Yesus bicara tentang Roti Hidup yang kekal, dari sorga, yang disediakan bagi dunia, yaitu diri-Nya sendiri. Namun, hal itu dipersoalkan oleh pendengar-Nya. Yesus yang mengatakan hal itu, mereka kenal sebagai Yesus, anak Yusuf, yang orang tuanya juga mereka kenal. Dalam hal ini, orang banyak itu hanya melihat yang dipermukaan, dan tidak berusaha memahami lebih dalam perkataan Yesus itu. 

Maka, wajarlah jika pemikiran dangkal itu menimbulkan sungut-sungut di antara mereka tentang Yesus dan perkataan-Nya. Tetapi toh itu tidak menyurutkan niat Yesus untuk mengajarkan kepada mereka tentang kehadiran-Nya sebagai Roti Hidup, yang membawa umat percaya pada kekekalan (ayat 47).

Pengenalan akan Yesus tidak menjadi jaminan bahwa pengenalan itu disertai dengan percaya. Orang yang sudah mengikut  Yesus pun belum tentu menjadi orang yang percaya kepada-Nya. Itulah yang diperlihatkan oleh orang banyak yang mengikut Dia. Mereka hadir di situ dengan berbagai kepentingan. 

Ada  yang mencari roti untuk makanannya, ada yang ingin mencari celah untuk menjatuhkan Yesus, ada yang sekedar ikut-ikutan, mungkin ada juga yang hanya menjadi penonton. Pada akhirnya akan terlihat juga maksud dan tujuan mereka hadir di situ. Sebab, untuk bisa mengerti apa yang Yesus ajarkan dibuthkan rasa percaya sebagai wujud pengenalan akan Yesus yang dapat membawa hidup kekal.

Yesus membandingkan diri-Nya sebagai Roti Hidup, dengan manna yang pernah diterima nenek moyang mereka di padang gurun. Nenek moyang bangsa itu akhirnya toh mengalami kematian dan binasa juga, sekalipun mereka sudah makan manna, yang dikenal sebagai roti yang turun dari sorga. Tetapi, jika seorang menerima Roti Hidup yang ditawarkan-Nya, ia akan hidup. Sebab diri-Nya-lah yang diberikan bagi hidup dunia. Dalam lingkup yang lebih luas, Ia datang untuk dunia, tidak hanya untuk satu suku bangsa tertentu; Ia memberikan diri-Nya untuk hidup dunia.

(Diambil dari buku Dian Penuntun edisi 20 hal. 105-106)

No comments:

Followers

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda


Kami Kerjalayan Kesehatan Anda

Kami Kerjalayan Kesehatan Anda