Friday, August 21, 2015

Ringkasan Khotbah - 16 Agustus 2015

HIDUPLAH SEBAGAI ORANG ARIF

Jika kita mengamati kondisi bangsa kita saat ini, kita akan menyaksikan bagaimana mereka yang berkuasa makin sewenang-wenang menekan kaum yang lebih lemah. Orang bisa berpura-pura baik di depan, tapi di belakang saling tusuk menusuk. Kepentingan pribadi telah membutakan mata, bahkan membawa mereka dalam masa depan yang gelap. Untuk itu sebagai orang percaya kita dipanggil untuk hidup sebagai terang dan garam. Kehadiran gereja dan umat percaya membawa dampak yang baik bagi kemerdekaan Indonesia.

Efesus 5:15-21 adalah penggalan dari surat Paulus yang berbicara mengenai hidup sebagai anak-anak terang. Diharapkan jemaat Efesus tidak hidup seperti orang-orang yang tidak mengenal Kristus. Supaya jemaat itu melakukan kehendak Tuhan  dalam hidup mereka, tidak hidup dalam kecemaran, percabulan, perkataan kotor, menyembah berhala dan jangan sampai mereka disesatkan dengan ilmu-ilmu perdukunan. Jemaat Efesus dipanggil untuk hidup sebagai orang arif di tengah masyarakat. Hidup sebagai orang arif juga merupakan panggilan bagi jemaat Tuhan saat ini di tengah dunia yang dipenuhi oleh kejahatan. Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk hidup menjadi orang arif?

Berdasarkan Efesus 5:15-21 ada 2 hal yang dapat kita lakukan untuk menjalani kehidupan sebagai orang yang arif. Pertama, bijak dalam bertindak dan kedua adalah menghidupi spiritualitas kita.

Rasul Paulus mengajak jemaat Efesus untuk mempergunkan waktu yang ada untuk hidup sebagai orang arif yang mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya. Bukan seperti orang bebal, yang senantiasa hidup dalam kejahatan. Sebab, waktu-waktu ini dipenuhi oleh kejahatan. Saat ini kejahatan dan dosa berevolusi dengan mulus memasuki sendi-sendi kehidupan manusia; study, pekerjaan, keluarga, asmara, dan sebagainya. Orang tanpa disadari bisa dibawa masuk ke dalam kejahatan dan ujungnya adalah dosa. Demi uang dan kekayaan orang rela melakukan apa saja sekalipun hal itu bertentangan dengan kehendak Tuhan.

Kita dipanggil untuk hidup bijak dalam bertindak dengan berpikir ulang apakah yang kita lakukan saat ini sudah berkenan di hadapan Tuhan? Ingat, bahwa keputusan kita hari ini menentukan perjalanan kita selanjutnya, maka bijaklah menggunakan waktu yang ada!

Berikutnya untuk hidup sebagai orang arif kita dipanggil untuk menghidupi spiritualitas kita. Rasul Paulus mengajak jemaat Efesus untuk menangkal godaan untuk melakukan kejahatan dengan hidup di dalam persekutuan. Bersama dengan jemaat Tuhan yang lain dengan bernyanyi dan memuji Tuhan. Rasul Paulus memberikan pesan kepada jemaat agar melakukan semuanya itu dengan tulus hati.

Namun spiritualitas tidak berhenti di titik antara aku dan Tuhan, melainkan juga berlanjut kepada aku dan sesama. Spiritualitas menyentuh ranah hubungan kita dengan Tuhan dan kita dengan sesama. Hidup menjadi anak-anak terang bukan soal kuantitas berapa sering kita pergi ke gereja, berapa sibuk kita dengan kegiatan pelayanan. Hidup menjadi anak-anak terang berbicara soal kualitas hidup.

Untuk itulah Rasul Paulus mengatakan “…dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus (Efesus 5:21).” Sekalipun hidup sebagai anak-anak terang bukan berarti Jemaat Efesus berhak untuk menghakimi atau membenci sesamanya. Mereka diminta untuk merendahkan diri seorang kepada yang lain dengan takut akan Tuhan. Bencilah perbuatan dosa, tetapi kasihilah dia yang melakukan. Kira-kira mudah tidak? Membenci perbuatan orang yang melukai kita, tetapi tetap mengasihi orang itu? Susah kalau kita sendiri yang melakukan, tetapi bersama dengan Kristus kita akan dimampukan.

Hiduplah sebagai orang arif, yang akrab dengan Tuhan, dan juga akrab dengan sesama.

 (Disarikan dari kotbah Sdr. Adi Netto Kristanto, minggu 16 Agustus’15)

No comments:

Followers

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda


Kami Kerjalayan Kesehatan Anda

Kami Kerjalayan Kesehatan Anda