Kasih Allah Melampaui yang Didoakan dan
Dipikirkan
Efesus 3:14-21
Kasih Allah dalam tema ini
berfungsi sebagai Subjek yang bersumber pada diri Allah. Di dalam Kristus,
sifat kasih Allah bersifat ilahi dan vertikal, sekaligus manusiawi dan horizontal.
Dalam pemikiran Konfusius juga
mengenal kasih yang disebut dengan Jen
atau Ren.
Makna Jen atau Ren berarti:
welas-asih, kemanusiaan, dan kebajikan. Seseorang disebut sungguh-sungguh
manusia apabila hidupnya diresapi oleh Jen
atau Ren. Bukankah ajaran Konfusius tersebut punya kemiripan
dengan iman Kristen?
Namun sesungguhnya iman Kristen memiliki cakupan makna
kasih yang lebih dalam, sebab bersumber pada manifestasi kasih Allah yang
dinyatakan dalam Kristus. Jadi Kristus adalah wujud riil dari Jen atau Ren. Kristus adalah manusia yang sempurna tanpa dosa (Ibr. 4:15).
Karena itu melalui Kristus, umat mampu mengenal Allah dan menyembah-Nya.
Di
Efesus 3:14 Rasul Paulus menyatakan sujud menyembah kepada Bapa dalam konteks
kemuliaan di dalam Kristus (Ef. 3:21).
Ada tiga dimensi doa yang Paulus panjatkan di dalam nama
Kristus kepada Allah Bapa, yaitu:
1. Doa untuk menguatkan dan
meneguhkan umat;
2. Doa memperluas cakupan
kehidupan agar semakin lebar, panjang, tinggi, dan dalam;
3. Doa membawa kita
mengalami kepenuhan Allah.
Dimensi pertama adalah
doa berfungsi memperkuat akar rohani kita di tengah-tengah perubahan, godaan,
dan kecenderungan dunia yang saat ini dilanda oleh post-modernisme.
Ciri dari post-modernisme
adalah merelatifkan semua nilai, tidak ada kebenaran yang mutlak, tidak ada
ketunggalan makna tetapi keserbaragaman makna. Dalam situasi demikian doa
dibutuhkan untuk mempersekutukan diri kita dalam relasi keluarga di sorga dan
di bumi, sehingga umat tidak mengalami perasaan sendiri dan kosong.
Dimensi
kedua adalah doa memampukan kita berpikir utuh dan luas, tidak dangkal dan
tidak fanatik. Kita perlu memiliki cara berpikir yang komprehensif yaitu hikmat.
Dimensi ketiga adalah doa menghantar
kita mengalami persekutuan kasih dengan Allah, sehingga melalui Kristus yang
bangkit, kita dianugerahi kepenuhan Allah. Melalui Kristus, hidup kita
dipermuliakan sehingga serupa dengan Dia dalam kemuliaan-Nya.
Dengan melakukan doa yang didasari oleh iman dan tindakan
yang mempermuliakan Allah, maka dengan rahmat-Nya Allah akan melakukan jauh
lebih banyak dari pada yang kita doakan dan pikirkan. Sebab Allah mengerti
keterbatasan dan kelemahan kita dalam berdoa. Tetapi Allah senantiasa
memberikan yang melampaui dari yang kita harapkan dan pikirkan asalkan makna
persekutuan kita dengan Dia tidak sebatas doa-doa dalam kebaktian dan
kegiatan-kegiatan rutin. Allah menghendaki kehidupan spiritualitas doa kita
berakar pada kedalaman, keluasan, dan pijakan akar yang kokoh. Karena itu
seharusnya doa menjadi nafas hidup kita yang meresapi setiap aspek kegiatan di
manapun kita berada. Bagaimana dengan kehidupan spiritualitas doa Saudara?
(Disarikan dari kotbah Pdt. Yohannes
Bambang Mulyono pada hari Minggu,
26 Juli’15)
No comments:
Post a Comment