Friday, July 24, 2015

Ringkasan Khotbah - 19 Juli 2015

Mengapa Kristus Meruntuhkan Tembok Pemisah?

Keberagaman bisa menjadi kesempatan, namun juga dapat menjadi ancaman. Ketika sekelompok masyarakat telah menjadi kelompok yang eksklusif dan memandang kelompok yang berberbeda dengan mereka sebagai ancaman, maka secara tidak sadar mereka telah membangun tembok pemisah. Sebuah tembok kasat mata, tebal dan tinggi yang dijadikan tameng kenyamanan kelompok tersebut.
Dalam pelayanan Rasul Paulus di jemaat, dia pernah mendampingi dua kelompok pengikut Kristus yang dipisahkan oleh tembok pemisah. Kasus itu dia temui salah satunya di dalam jemaat Efesus. 

Jemaat Efesus terdiri dari orang-orang Yunani yang bertobat atau  Kristen non-Yahudi. Hal ini menjadi masalah bagi orang Kristen Yahudi, karena pada saat itu mereka masih memegang kepercayaan bahwa bangsa Israel adalah umat pilihan Allah, di luar Israel tidak ada keselamatan (eksklusif), sunat oleh orang Yahudi adalah tanda keselamatan dan mendapatkan berkat. Hal inilah yang menyebapkan orang Kristen non-Yahudi di Jemaat Efesus mengalami keraguan iman.
Rasul Paulus yang saat itu berada dalam penjara memahami keraguan yang dirasakan oleh orang-orang Kristen non-Yahudi ini. Bagi Rasul Paulus kehadiran Tuhan Yesus dan karyaNya di dunia telah meniadakan batas yang terbagun karena dosa manusia (bdk. Efesus 2:14). 
Tidak adalagi tembok pemisah antara orang Kristen Yahudi dan orang Kristen non-Yahudi, semua menjadi satu di dalam Kristus (bdk. Efesus 2:19). Di dalam Kristus tidak ada lagi perbedaan kulit, suku, maupun golongan. Semua menjadi satu yaitu Keluarga Allah.

Tembok pemisah itu dihancurkanNya supaya hubungan manusia dengan sang Pencipta dipulihkan, dan hubungan manusia dengan sesamanya juga dipulihkan. Itu berarti bahwa Tuhan juga membuka kesempatan selebar-lebarnya bagi semua manusia, tanpa kecuali. Termasuk kepada orang yang kita anggap paling berdosa pun Tuhan tetap memberikan anugerah keselamatan ketika dia percaya dan bertobat.
Pernah bertemu dengan orang yang kita anggap dia begitu jahat sama kita? Bertemu dengan orang yang sering kali membuat kita marah dan jengkel? Sampai kita mencap dia sebagai pribadi yang tidak bisa berubah atau pribadi yang susah untuk berubah. 

Itu berarti kita sudah membangun tembok pemisah antara kita dan orang tersebut. Tuhan Yesus saat berada di dunia tidak pernah membatasi diriNya dengan manusia yang berdosa, bahkan kepada manusia yang dianggap sampah masyarakat. Yesus memanggil para murid bukan dari orang-orang kudus, bukan para ahli Taurat, melainkan para nelayan yang dikenal kasar, bahkan pemungut cukai yang dianggap koruptor dan pengkhianat bangsa sendiri.
Yesus hadir sebagai pribadi yang ramah, sederhana, namun berkuasa. Hal itu membuat banyak orang tertarik kepadaNya. Saat orang-orang datang kepadaNya, sama sekali Dia tidak membeda-bedakan latarbelakang mereka. Semua sama di hadapanNya. Kini panggilan kita adalah menjadi pendamai bagi sesama. Menjadi alat Tuhan memperjumpakan sesama dengan Kristus.


(Disarikan  dari kotbah Sdr. Adi Netto Kristanto , Minggu 19 Juli 2015)


No comments:

Followers

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda


Kami Kerjalayan Kesehatan Anda

Kami Kerjalayan Kesehatan Anda