Saturday, November 21, 2015

Ringkasan Khotbah - 15 November 2015

Menghadap Allah dengan Hati yang Tulus
Ibrani 10:11-25

Seorang Reformator gereja pada abad 16, Martin Luther, mengatakan “To be a Christian without prayers is no more possible than to be alive without breathing.” “Menjadi seorang Kristen tanpa doa merupakan hal yang mustahil, seperti hidup tanpa bernafas.” Dengan perkataan lain doa adalah nafas hidup orang percaya. Sama seperti orang yang tak bernafas berarti mati, orang yang tak berdoa pun mati secara iman. Tanpa doa berarti tak ada relasi dengan Tuhan. Namun tentu saja doa bukan sekedar formalitas atau kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari, atau monolog dari manusia yang ditujukan kepada Tuhan. Doa semestinya merupakan relasi yang dekat dan intim antara manusia dengan Tuhan. Doa merupakan ungkapan isi hati manusia kepada Tuhan, namun juga kesediaan manusia untuk merasakan kehadiran Tuhan serta mendengar suara dan panggilan-Nya.
Ibrani 10:22 memberi nasihat kepada jemaat agar datang kepada Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati yang telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat, dan tubuh yang telah dibasuh dengan air yang murni. Datang kepada Allah berarti mendekat kepada Tuhan. Tidak cukup orang hanya tahu tentang Allah; ia harus memiliki relasi dengan Allah. “Hati yang tulus ikhlas” adalah hati yang jujur, sejati, asli, apa adanya, nyata, tidak hanya kelihatan dari luar. “Keyakinan iman yang teguh” menunjukkan kepastian yang kuat, tanpa keraguan. “Hati yang telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat, dan tubuh yang telah dibasuh dengan air yang murni” mengingatkan pada pembersihan dari dosa, secara khusus melalui baptisan yang menekankan pengampunan dosa. Jadi kita dimungkinkan untuk menghadap Allah karena anugerah pengampunan-Nya.
Maka yang menjadi dasar kita dapat menghadap Allah dengan hati yang tulus adalah karya Kristus saja. Ibrani 10:11-21 memperbandingkan kurban persembahan para imam dan kurban persembahan Yesus. Kurban para imam dilakukan berulang-ulang, sedangkan kurban Yesus dilakukan sekali untuk selamanya. Kurban persembahan para imam tidak dapat membuka jalan ke ruang mahakudus, sebab hanya seorang imam besar saja yang boleh masuk ke ruang mahakudus, sekali dalam setahun. Sedangkan kurban Yesus membuka jalan untuk masuk ke hadirat Allah. Tabir bait suci telah terbelah pada saat kematian Yesus, sehingga membuka akses ke ruang mahakudus (bandingkan Matius 27:51). Kurban Yesus bukanlah dengan darah anak domba, melainkan darah-Nya sendiri. Yesus adalah imam besar sekaligus sang anak domba. Maka kita mendapat jalan masuk kepada keselamatan. Keunggulan Yesus inilah yang memberikan kepastian bahwa kita dapat menghadap Tuhan dengan hati yang tulus ikhlas dan iman yang teguh.

 (disarikan dari Kotbah Pdt. Tabita K Christiani/UKDW, Minggu 15 November 2015 oleh tkc)

No comments:

Followers

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda


Kami Kerjalayan Kesehatan Anda

Kami Kerjalayan Kesehatan Anda