Saturday, March 12, 2016

Ringkasan Khotbah - 6 Mar 2016

SALING MENGAMPUNI DALAM KERAHIMAN ALLAH

Dalam kehidupan orang percaya tema pengampunan tidak akan pernah selesai untuk dibahas. Sebab misi Allah mengutus Yesus Kristus turun ke dunia adalah membawa misi pengampunan itu sendiri, mengampuni umat manusia dari dosa mereka.
Bacaan dalam Injil Lukas 15:1-3;11-32 menyatakan betapa indahnya pengampunan Tuhan itu. Lukas 15:1 mengatakan, “Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.” Magnet apa yang ada dalam diri Yesus sehingga para pendosa ini mendekat kepadaNya? Pertama, Yesus membuka dirinya untuk semua orang, tidak ada batasan untuk mengenalNya. Kedua adalah, bahwa sikap dan ajaran Yesus tidak menghakimi mereka tetapi menyambut dan merangkul mereka supaya mereka dapat bertobat. Keberadaan Yesus yang dekat dan tanpa batasan dengan orang-orang berdosa menunjukkan betapa dekatnya Allah dengan Manusia. Telah sekian lama manusia berada jauh dari Allah, kini melalui Yesus jarak itu menjadi teramat dekat.
Kasih Allah yang besar kepada manusia Yesus gambarkan dengan perumpamaan tentang anak yang hilang. Anak yang bungsu paling dikenal dengan kenakalannya, kesalahannya, keberdosaannya, tetapi juga paling terkenal sebagai sosok yang mendapatkan pengampunan yang terindah. Pengampunan yang diterima si Bungsu ini tidak serta merta terjadi begitu saja, melainkan melalui sebuah proses yang disebut dengan pertobatan.
Manusia yang berdosa diumpamakan seperti anak Bungsu ini. Yang diberikan kehendak bebas, lalu menyalahgunakannya sehingga terjatuh dalam dosa berulang kali. Dan sang Bapa adalah Allah yang penuh kasih, yang menyambut dengan sukacita ketika manusia berbalik kepadaNya dan bertobat. Lalu bagaimana dengan anak Sulung? Apakah dia pribadi yang baik-baik saja? Anak Sulung juga sama saja. Tidak mampu merespon dengan baik kasih sayang sang Bapa, sehingga dia memposisikan diri sebagai seorang yang berhak mendapatkan upah dan penghargaan. Anak Sulung ini gambaran orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang merasa diri mereka suci dan menjauhi orang berdosa.
Peran Bapa tidak memihak salah satu. Bapa merangkul keduanya. Di tengah keberdosaan dan kesalahan yang dilakukan anak-anakNya, tokoh sang Bapa menjadi pemulih bagi keduanya. Bapa yang penuh kasih sayang, penuh pengampunan, panjang sabar dan berlimpah kebaikan, layak disebut sebagai Allah Yang Maharahim.
Pengampunan yang dianugrahkan Allah Yang Maharahim ini seharusnya menjadi bekal kita untuk dapat mengampuni orang lain/sesama kita. Mengapa kita susah untuk mengampuni orang lain? Karena kita belum merasakan betapa besarnya pengampunan Allah kepada kita manusia yang berdosa ini, kita hanya berhenti pada “tahu saja”. Kalau kita sudah benar-benar merasakan sendiri betapa besarnya pengampunan Tuhan yang diberikan kepada kita, maka kita akan lebih mudah mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Kita yang bersalah pada Tuhan, Tuhan mau mengampuni kita, maka saat ada orang yang bersalah kepada kita, kita juga dimampukan Tuhan mengampuni mereka.

 (disarikan dari kotbah Pnt. Adi Netto Kristanto, Minggu, 6 Mar’16, oleh ANK

No comments:

Followers

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda


Kami Kerjalayan Kesehatan Anda

Kami Kerjalayan Kesehatan Anda