SALING MENGAMPUNI
DALAM KERAHIMAN ALLAH
Dalam
kehidupan orang percaya tema pengampunan tidak akan pernah selesai untuk
dibahas. Sebab misi Allah mengutus Yesus Kristus turun ke dunia adalah membawa
misi pengampunan itu sendiri, mengampuni umat manusia dari dosa mereka.
Bacaan dalam Injil Lukas 15:1-3;11-32 menyatakan betapa indahnya
pengampunan Tuhan itu. Lukas 15:1 mengatakan, “Para pemungut cukai dan
orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.”
Magnet apa yang ada dalam diri Yesus sehingga para pendosa ini mendekat
kepadaNya? Pertama, Yesus membuka dirinya untuk semua orang, tidak ada batasan
untuk mengenalNya. Kedua adalah, bahwa sikap dan ajaran Yesus tidak menghakimi
mereka tetapi menyambut dan merangkul mereka supaya mereka dapat bertobat.
Keberadaan Yesus yang dekat dan tanpa batasan dengan orang-orang berdosa
menunjukkan betapa dekatnya Allah dengan Manusia. Telah sekian lama manusia
berada jauh dari Allah, kini melalui Yesus jarak itu menjadi teramat dekat.
Kasih
Allah yang besar kepada manusia Yesus gambarkan dengan perumpamaan tentang anak
yang hilang. Anak yang bungsu paling dikenal dengan kenakalannya, kesalahannya,
keberdosaannya, tetapi juga paling terkenal sebagai sosok yang mendapatkan
pengampunan yang terindah. Pengampunan yang diterima si Bungsu ini tidak serta
merta terjadi begitu saja, melainkan melalui sebuah proses yang disebut dengan
pertobatan.
Manusia yang berdosa diumpamakan seperti anak Bungsu ini. Yang
diberikan kehendak bebas, lalu menyalahgunakannya sehingga terjatuh dalam dosa
berulang kali. Dan sang Bapa adalah Allah yang penuh kasih, yang menyambut
dengan sukacita ketika manusia berbalik kepadaNya dan bertobat. Lalu bagaimana
dengan anak Sulung? Apakah dia pribadi yang baik-baik saja? Anak Sulung juga
sama saja. Tidak mampu merespon dengan baik kasih sayang sang Bapa, sehingga
dia memposisikan diri sebagai seorang yang berhak mendapatkan upah dan
penghargaan. Anak Sulung ini gambaran orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat
yang merasa diri mereka suci dan menjauhi orang berdosa.
Peran Bapa tidak memihak salah satu. Bapa merangkul keduanya. Di tengah
keberdosaan dan kesalahan yang dilakukan anak-anakNya, tokoh sang Bapa menjadi
pemulih bagi keduanya. Bapa yang penuh kasih sayang, penuh pengampunan, panjang
sabar dan berlimpah kebaikan, layak disebut sebagai Allah Yang Maharahim.
Pengampunan yang dianugrahkan Allah Yang Maharahim ini seharusnya
menjadi bekal kita untuk dapat mengampuni orang lain/sesama kita. Mengapa kita
susah untuk mengampuni orang lain? Karena kita belum merasakan betapa besarnya
pengampunan Allah kepada kita manusia yang berdosa ini, kita hanya berhenti
pada “tahu saja”. Kalau kita sudah benar-benar merasakan sendiri betapa
besarnya pengampunan Tuhan yang diberikan kepada kita, maka kita akan lebih
mudah mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Kita yang bersalah pada
Tuhan, Tuhan mau mengampuni kita, maka saat ada orang yang bersalah kepada
kita, kita juga dimampukan Tuhan mengampuni mereka.
(disarikan
dari kotbah Pnt. Adi Netto Kristanto, Minggu, 6 Mar’16, oleh ANK)
No comments:
Post a Comment