ALLAH
MENCARI YANG HILANG
Lukas
15:1-10
Perumpamaan tentang domba, dirham (dan anak yang
hilang) adalah sebuah upaya Tuhan Yesus dalam menjawab sungut-sungut orang
Farisi dan ahli Taurat terhadap kebiasaan Tuhan duduk dan makan bersama orang-orang
berdosa.
Dua perumpamaan pertama, yaitu
domba dan dirham yang hilang ini adalah sesuatu
yang pasif, yang tidak mempunyai akal untuk menemukan jalan kembali pulang ke
tuan-nya.
Ada hal yang menarik perhatian dari kedua
perumpamaan yang menjadi bacaan kita saat ini.
Perumpamaan domba
yang hilang memperlihatkan kepada kita betapa si gembala itu mengambil
resiko yang begitu besar untuk dapat menemukan satu domba yang hilang. Pertama,
dia meninggalkan sembilan puluh sembilan domba miliknya yang lain di padang
rumput. Tentu ini resiko yang sangat besar, bahwa dia akan kehilangan beberapa
atau bahkan seluruh domba yang dia tinggalkan di padang rumput itu. Resiko yang
lain adalah dalam upaya pencarian yang hilang, ia dapat terjerumus dalam jurang
atau bertemu dengan binatang buas atau ia berjalan begitu jauh dan tak dapat
hilang kepada kawanan dombanya.
Dalam perumpamaan dirham yang hilang, kita melihat
bahwa betapa tingginya tingkat kesulitanan yag dimiliki oleh si perempuan
pemilik dirham tersebut. Karena dirham, benda mati itu, tidak dapat
memberitahukan di mana keberadaan dirinya agar pemiliknya dapat menemukannya.
Ia bergantung sepenuhnya pada ketekunan, keseriusan dan kerja keras si pemilik
untuk bisa menemukannya.
Dua perumpamaan ini menggambarkan betapa bagi Allah
satu jiwa yang terhilang itu sungguh amat berharga. Dan betapa Allah begitu
mengasihi dan peduli terhadap jiwa-jiwa manusia, sehingga ia dengan segala
kekuatan mengerahkan dayanya untuk menemukan yang terhilang itu. Tuhan Yesus
mau mengambil resiko yang sangat besar dengan meninggalkan surga untuk mencari
yang hilang.
Hal lain yang menarik adalah setiap kali si pemilik
yang kehilangan itu (domba dan dirham) berhasil menemukan yang mereka cari,
maka mereka pergi mengundang sahabat dan tetangganya untuk bersukacita bersama.
Minggu ini, saat kita merayakan ulang tahun ke-30
GKI Kedoya, kita merayakan Perjamuan Kudus. Ini adalah kesempatan yang baik
untuk mengingatkan bahwa kita adalah jiwa-jiwa, domba dan dirham yang hilang namun sudah ditemukan
lagi. Kita diingatkan betapa berharganya kita di hadapan Allah, sehingga ia
mencari dan menggendong serta bersukacita saat menemukan kita.
Namun serentak kita juga diajak untuk bersukacita
bersama bagi sesama kita yang juga ditemukan, digendong dan dikasihi Allah
dengan segenap hatinya.
Diundang menjadi persekutuan yang meniru tindakan
peduli Allah dalam sikap sesehari kita. Mari kita menjadikan diri kita sahabat
bagi sesama dalam persekutuan di GKI Kedoya, memperhatikan, melayani, menolong
satu sama lain sebab sama seperti diri kita, mereka pun berharga di mata Allah.
Selamat ulang tahun ke-30 GKI Kedoya.
(Disarikan dari kotbah Pdt. Evelyne Yudiarti,Minggu,
11 September 2016, oleh EY)
No comments:
Post a Comment