BUKAN AKU YANG
MENENTUKAN, TAPI DIA !
Luk.14:25-33
Apakah Yesusnya Lukas beda dengan Yesus dari Injil-Injil dan
surat-surat lain Perjanjian Baru ? yang selama ini terpateri dalam kepala dan
hati kita, bukanlah Yesus selalu mengajarkan kasih, belas kasihan dan
kelembutan? karena perikop kita begitu memukau kalau bukan memukul. Dia
berkata, “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya,
ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan,
bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Lukas 14:26).
Sebenarnya ini adalah respon Yesus kepada orang-orang yang berduyun-duyun
mengikuti dalam perjalanan ke Yerusalem. Mereka mungkin mengira ini perjalanan
senang-senang dengan banyak berkat, mujizat dan makanan. Padahal ini perjalanan
menuju kematian Yesus di kayu salib. Jadi secara hiperbolis Yesus menekankan,
mengikut Dia berarti bersedia menanggung hal-hal yang pahit, melepaskan diri
dari ikatan-ikatan yang erat (keluarga dan harta), dan menempatkan Tuhan di
atas segala hal.
Cerita membangun menara dan pergi
berperang, menekankan perlunya duduk mempertimbangkan, biaya, risiko, hasil dan
akibat. Singkat kata, mengansipasi total, jangan setengah-setengah dan
mengambil keputusan yang tepat. Refleksi mendahului tindakan atas
pilihan-pilihan.
Semua bacaan leksionari (Ulangan 30:15-20,
Filemon 1-21, Lukas 14:25-33) dan Mazmur 1 memperhadapkan orang pada
pilihan-pilihan. Pilihan Lukas: antara memilih Tuhan atau memilih semua yang
kita cintai. Pilihan Musa: kehidupan atau kematian, berkat atau kutuk. Pilihan
pemazmur: antara menjadi orang baik atau orang fasik. Pilihan Paulus bagi
Filemon: antara menerima kembali Onesimus sebagai budak atau menerima kembali
Onesimus sebagai saudara seiman.
Semua pilihan ini ditawarkan dengan nada tendensius dan
persuasif. Lukas mendorong agar orang-orang di sekitar Yesus melepaskan diri
dari kecintaan kepada diri, keluarga dan harta, yang melebihi cinta kepada
Tuhan. Musa mendorong umat Israel: Pilihlah kehidupan. Pemazmur mendorong agar
jangan memilih kebinasaan melainkan kehidupan. Paulus jelas-jelas mendorong
Filemon untuk menerima Onesimus “sebagai saudara yang kekasih.”
Jadi tema “Bukan Aku yang Menentukan,
tetapi Dia” mesti dilihat sebagai “aku memilih pilihan, Allah menentukan hasil
dan akibatnya.” Bulan keluarga yang dimulai dengan tema “Keluargaku sahabatku”
adalah upaya menanamkan penghayatan bahwa keluarga adalah anugerah Allah, kita
pantas mensyukurinya, namun Tuhan melebihi segalanya.
(Disarikan dari kotbah Pdt. Em. Kuntadi
Sumadikarya, 4 September 2016, oleh KS)
No comments:
Post a Comment