Pemberita Kemuliaan-Nya
Matius 3:1-12
Lingkungan
seringkali menjadi kambing hitam atas ketidakmampuan seseorang menjalankan
fungsinya sebagai Pembawa Kabar Baik dan Pewarta Kemuliaan Tuhan.
· Keluarga yang berantakan (broken home), sering dipakai menjadi
alasan oleh anak-anak untuk membenarkan diri ketika ia kedapatan memakai
narkoba.
· Pasangan yang lebih dahulu berzinah, menjadi
alasan membenarkan diri atas ketidakmampuan berlaku setia.
· Yang lain juga korupsi, menjadi alasan untuk
membenarkan tindakan mencuri, dll
Singkat kata,
orang mau mengatakan bahwa jangan salahkan saya karena lingkungan-lah
yang
salah, ia yang membentuk saya menjadi orang yang tidak benar.
Yohanes
Pembaptis (dan beberapa orang lain) memilih tinggal di Padang Gurun. Sebuah tempat
yang bukan saja tidak nyaman, terlalu panas, sulit untuk berpijak apalagi
melangkah, namun lebih dari itu, padang gurun adalah sebuah tempat yang
berbahaya, sebuah tempat yang mengancam kehidupan. Sebab matahari yang sangat
terik, ketiadaan air, badai pasir, hewan berbisa, semuanya itu dapat mengubah
seseorang menjadi kasar, buas dan tidak tahu nilai.
Bahkan padang gurun pun
dapat merenggut nyawa seseorang. Singkat kata dapat dikatakan bahwa padang
gurun adalah tempat yang perlu dihindari sebab tidak baik, dan tidak ada
kebaikan yang dapat diharapkan muncul darinya. Karena itu mengejutkan,
bagaimana mungkin Yohanes tetap bisa tampil sebagai orang benar bahkan sebagai
Pemberita Kemuliaan Tuhan?
Kita mungkin
sedang hidup di Padang Gurun kita
masing-masing. Hidup di tengah situasi yang bukan saja tidak menyenangkan, tapi
juga menyakiti dan membunuh harapan hidup kita. Bagaimana kita tetap bisa
menjadi Pemberita Kemuliaan Tuhan di
tengah lingkungan/kondisi seperti ini?
Pertama, dengarlah seruan Yohanes Pembaptis yang
mengajak kita bertobat. Mulailah
hidup bersama dengan Tuhan. Jadikan kehendak-Nya sebagai kehendak kita. Alami
rahmat-Nya.
Kedua, menghasilkan buah-buah yang nyata, sesuai
dengan pertobatan. Seperti yang dikatakan orang bijak bahwa, perbuatan berbicara lebih keras daripada
perkataan. Jadi, meskipun kita berhadapan dengan lingkungan yang dikuasai
kebencian, kita akan tetap menghasilkan kedamaian sebagai buah pertobatan yang
dibutuhkan oleh lingkungan.
Ketiga, tirulah gaya hidup Yohanes Pembaptis yang
sederhana (berbaju bulu unta, berikat pinggang kulit, makan belalang dan madu
hutan). Tidak ia tergoda menjadi nampak mulia dengan mendandani diri dengan
berlebihan, pun tidak tergoda untuk mengumpulkan kekayaan baginya. Memilih
hidup sederhana berarti kita menolak falsafah materialisme. Sehingga rasa aman
dan nyaman kita ditaruh pada Tuhan, bukan pada ada atau tiadanya uang.
Jadi lingkungan
bukanlah alasan kita tidak dapat menjadi Pemberita Kemuliaan Tuhan.
(Ringkasan kotbah Pdt.
EY., 4 Desember 2016)
No comments:
Post a Comment