Saturday, December 10, 2016

Ringkasan Khotbah 04 Desember 2016

Pemberita Kemuliaan-Nya
Matius 3:1-12

Lingkungan seringkali menjadi kambing hitam atas ketidakmampuan seseorang menjalankan fungsinya sebagai Pembawa Kabar Baik dan Pewarta Kemuliaan Tuhan.

·    Keluarga yang berantakan (broken home), sering dipakai menjadi alasan oleh anak-anak untuk membenarkan diri ketika ia kedapatan memakai narkoba.
·    Pasangan yang lebih dahulu berzinah, menjadi alasan membenarkan diri atas ketidakmampuan berlaku setia.
·    Yang lain juga korupsi, menjadi alasan untuk membenarkan tindakan mencuri, dll

Singkat kata, orang mau mengatakan bahwa jangan salahkan saya karena lingkungan-lah 
yang salah, ia yang membentuk saya menjadi orang yang tidak benar.

Yohanes Pembaptis (dan beberapa orang lain) memilih tinggal di Padang Gurun. Sebuah tempat yang bukan saja tidak nyaman, terlalu panas, sulit untuk berpijak apalagi melangkah, namun lebih dari itu, padang gurun adalah sebuah tempat yang berbahaya, sebuah tempat yang mengancam kehidupan. Sebab matahari yang sangat terik, ketiadaan air, badai pasir, hewan berbisa, semuanya itu dapat mengubah seseorang menjadi kasar, buas dan tidak tahu nilai. 

Bahkan padang gurun pun dapat merenggut nyawa seseorang. Singkat kata dapat dikatakan bahwa padang gurun adalah tempat yang perlu dihindari sebab tidak baik, dan tidak ada kebaikan yang dapat diharapkan muncul darinya. Karena itu mengejutkan, bagaimana mungkin Yohanes tetap bisa tampil sebagai orang benar bahkan sebagai Pemberita Kemuliaan Tuhan?

Kita mungkin sedang hidup di Padang Gurun kita masing-masing. Hidup di tengah situasi yang bukan saja tidak menyenangkan, tapi juga menyakiti dan membunuh harapan hidup kita. Bagaimana kita tetap bisa menjadi Pemberita Kemuliaan  Tuhan di tengah lingkungan/kondisi seperti ini?

Pertama, dengarlah seruan Yohanes Pembaptis yang mengajak kita bertobat. Mulailah hidup bersama dengan Tuhan. Jadikan kehendak-Nya sebagai kehendak kita. Alami rahmat-Nya.

Kedua, menghasilkan buah-buah yang nyata, sesuai dengan pertobatan. Seperti yang dikatakan orang bijak bahwa, perbuatan berbicara lebih keras daripada perkataan. Jadi, meskipun kita berhadapan dengan lingkungan yang dikuasai kebencian, kita akan tetap menghasilkan kedamaian sebagai buah pertobatan yang dibutuhkan oleh lingkungan.

Ketiga, tirulah gaya hidup Yohanes Pembaptis yang sederhana (berbaju bulu unta, berikat pinggang kulit, makan belalang dan madu hutan). Tidak ia tergoda menjadi nampak mulia dengan mendandani diri dengan berlebihan, pun tidak tergoda untuk mengumpulkan kekayaan baginya. Memilih hidup sederhana berarti kita menolak falsafah materialisme. Sehingga rasa aman dan nyaman kita ditaruh pada Tuhan, bukan pada ada atau tiadanya uang.

Jadi lingkungan bukanlah alasan kita tidak dapat menjadi Pemberita Kemuliaan Tuhan.

(Ringkasan kotbah Pdt. EY., 4 Desember 2016)

No comments:

Followers

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda


Kami Kerjalayan Kesehatan Anda

Kami Kerjalayan Kesehatan Anda