Saturday, January 21, 2017

Ringkasan Khotbah - 15 Januari 2017

MELANGKAH DALAM INTEGRITAS
(Bacaan: Yesaya 49:1-7; 1 Korintus 1:1-9; Yohanes 1:29-42)

            Akhir-akhir ini, kata “integritas” sering dipakai orang. Sebagai contoh, ada orang yang menyebutkan tokoh politiknya sebagai pemimpin yang berintegritas. Ada juga manager perusahaan yang menyatakan bahwa anak buahnya adalah karyawan yang berintegritas, dan seterusnya.
Apakah yang dimaksud dengan integritas dan siapakah orang yang berintegritas itu? Dalam sebuah tulisan dikatakan bahwa integritas adalah konsep yang menunjukkan konsistensi antara tindakan dengan nilai atau prinsip yang dianutnya. Lawan dari integritas adalah hipokrit atau munafik. Karena integritas merupakan barang langka, kita akan merenungkan tema: “Melangkah dalam integritas.”  Maksudnya, agar kita dapat menjadi orang Kristen yang berintegritas di dalam kehidupan kita sehari-hari.
Melalui ketiga bagian Alkitab yang telah disediakan, kita dapat melihat bagaimana hamba-hamba Tuhan telah membuktikan hidup mereka sebagai hamba Tuhan yang berintegritas. Bacaan kita yang pertama menyaksikan tentang penulis kitab nabi Yesaya dan umat Israel yang dipanggil untuk menjadi hamba Tuhan.
Panggilan Tuhan kepada penulis kitab nabi Yesaya ini sangat jelas. Dalam ayat 1-b ia bersaksi:  “Tuhan telah memanggil aku sejak dari kandungan, telah menyebut namaku sejak dari perut ibuku.” Di sinilah kita bisa mengerti bahwa menjadi hamba Tuhan itu merupakan sebuah panggilan. Sebelum penulis kitab nabi Yesaya ini dilahirkan, ia sudah dipanggil Tuhan untuk menjadi hambaNya. Ia sudah ditentukan Tuhan untuk menjadi hambaNya. 
       Penulis kitab nabi Yesaya ini juga menyaksikan tugas yang dipercayakan Tuhan kepadanya. Tugas ini cukup berat. Dalam ayat 2 disaksikan:  “Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku berlindung dalam naungan tanganNya. Ia telah membuat aku menjadi anak panah yang runcing dan menyembunyikan aku dalam tabung panahNya.
Kalau firman Tuhan yang disampaikan hamba Tuhan itu memberikan teguran atau kritik yang tajam kepada  umat Tuhan, tidak jarang mereka menjadi marah terhadap teguran itu. Raja-raja yang ditegur dengan keras oleh hamba-hamba Tuhan bahkan ada yang mengancam nyawa hamba-hamba Tuhan itu. Namun di tengah-tengah ancaman ini, penulis kitab nabi Yesaya tetap menjadi hamba Tuhan yang berintegritas yang menjalankan tugas panggilanNya. Di samping itu, Tuhan juga berjanji akan melindungi hambaNya. Tuhan tidak akan  membiarkan hambaNya binasa karena pemberitaan firman yang disampaikan oleh hamba Tuhan itu.
Bacaan Alkitab kita dari I Korintus 1:1-9 menyaksikan tentang rasul Paulus sebagai hamba Tuhan yang juga berintegritas. Ia taat dalam menjalankah tugas panggilanNya. Semula, Paulus memang bukan orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Ia bahkan seorang antiKrist yang memusuhi dan menganiaya orang-orang Kristen.
Namun, dalam perjalanannya ke Damsyik, ia telah diubah oleh Tuhan. Sejak saat itu Paulus bertobat, percaya kepada Tuhan Yesus, dan menjadi hambaNya. Ia rela menderita demi menjalankan tugas yang diembankan Tuhan kepadaNya. Ia adalah hamba Tuhan yang berintegritas. Dalam  ayat 1 Paulus menyatakan bahwa Allah sendirilah yang telah memanggil dia untuk menjadi hambaNya, untuk menjadi rasul Yesus Kristus.
Hamba Tuhan lain yang berintegritas adalah Yohanes Pembaptis, seperti disaksikan dalam Injil Yohanes 1:29-42. Sebagai hamba Tuhan, Yohanes menyaksikan tentang Yesus Kristus sebagai Juruselamat dunia. Ia berkata, seperti disaksikan dalam ayat 39, “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.”
Kesaksian Yohanes Pembaptis ini telah  mendapat respons positif dari Andreas dan Simon Petrus. Mereka kemudian juga dijadikan hamba-hamba Tuhan yang berintegritas yang dipakai Tuhan untuk memberitakan InjilNya.
Sebagai kesimpulan kita dapat mengatakan bahwa Firman Tuhan yang kita renungkan ini menyaksikan tentang hamba-hamba Tuhan yang berintegritas. Mereka telah dipanggil, dibentuk, dan diutus Allah untuk memberitakan InjilNya. Penulis kitab nabi Yesaya, Paulus, Yohanes Pembaptis, Simon Petrus, dan Andreas, adalah contoh dari orang-orang yang berintegritas yang telah dipanggil Tuhan untuk menjadi hambaNya. Sekarang bagaimana dengan kita? Apakah kita juga terpanggil untuk menjadi anak-anak Tuhan dan hamba-hamba Tuhan yang berintergitas? Amin.

Disarikan dari khotbah Pdt. Em. Daniel  pada Kebaktian Umum 15 Januari 2017 oleh ds)

No comments:

Followers

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda


Kami Kerjalayan Kesehatan Anda

Kami Kerjalayan Kesehatan Anda