MELANGKAH DALAM INTEGRITAS
(Bacaan: Yesaya 49:1-7; 1 Korintus 1:1-9; Yohanes
1:29-42)
Akhir-akhir ini, kata “integritas” sering dipakai orang. Sebagai contoh,
ada orang yang menyebutkan tokoh politiknya sebagai pemimpin yang
berintegritas. Ada juga manager perusahaan yang menyatakan bahwa anak buahnya
adalah karyawan yang berintegritas, dan seterusnya.
Apakah yang dimaksud dengan integritas dan siapakah orang yang
berintegritas itu? Dalam sebuah tulisan dikatakan bahwa integritas adalah konsep
yang menunjukkan konsistensi antara tindakan dengan nilai atau prinsip yang
dianutnya. Lawan dari integritas adalah hipokrit atau munafik. Karena
integritas merupakan barang langka, kita akan merenungkan tema: “Melangkah
dalam integritas.” Maksudnya, agar kita
dapat menjadi orang Kristen yang berintegritas di dalam kehidupan kita
sehari-hari.
Melalui ketiga bagian Alkitab yang telah disediakan, kita dapat melihat
bagaimana hamba-hamba Tuhan telah membuktikan hidup mereka sebagai hamba Tuhan
yang berintegritas. Bacaan kita yang pertama menyaksikan tentang penulis kitab
nabi Yesaya dan umat Israel yang dipanggil untuk menjadi hamba Tuhan.
Panggilan Tuhan kepada penulis kitab nabi Yesaya ini sangat jelas. Dalam
ayat 1-b ia bersaksi: “Tuhan telah
memanggil aku sejak dari kandungan, telah menyebut namaku sejak dari perut
ibuku.” Di sinilah kita bisa mengerti bahwa menjadi hamba Tuhan itu merupakan
sebuah panggilan. Sebelum penulis kitab nabi Yesaya ini dilahirkan, ia sudah
dipanggil Tuhan untuk menjadi hambaNya. Ia sudah ditentukan Tuhan untuk menjadi
hambaNya.
Penulis kitab nabi Yesaya ini juga
menyaksikan tugas yang dipercayakan Tuhan kepadanya. Tugas ini cukup berat.
Dalam ayat 2 disaksikan: “Ia telah
membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku berlindung dalam
naungan tanganNya. Ia telah membuat aku menjadi anak panah yang runcing dan
menyembunyikan aku dalam tabung panahNya.
Kalau firman Tuhan yang disampaikan hamba Tuhan itu memberikan teguran
atau kritik yang tajam kepada umat Tuhan,
tidak jarang mereka menjadi marah terhadap teguran itu. Raja-raja yang ditegur
dengan keras oleh hamba-hamba Tuhan bahkan ada yang mengancam nyawa hamba-hamba
Tuhan itu. Namun di tengah-tengah ancaman ini, penulis kitab nabi Yesaya tetap
menjadi hamba Tuhan yang berintegritas yang menjalankan tugas panggilanNya. Di
samping itu, Tuhan juga berjanji akan melindungi hambaNya. Tuhan tidak
akan membiarkan hambaNya binasa karena
pemberitaan firman yang disampaikan oleh hamba Tuhan itu.
Bacaan Alkitab kita dari I Korintus 1:1-9 menyaksikan tentang rasul
Paulus sebagai hamba Tuhan yang juga berintegritas. Ia taat dalam menjalankah
tugas panggilanNya. Semula, Paulus memang bukan orang yang percaya kepada Tuhan
Yesus. Ia bahkan seorang antiKrist yang memusuhi dan menganiaya orang-orang
Kristen.
Namun, dalam perjalanannya ke Damsyik, ia telah diubah oleh Tuhan. Sejak
saat itu Paulus bertobat, percaya kepada Tuhan Yesus, dan menjadi hambaNya. Ia
rela menderita demi menjalankan tugas yang diembankan Tuhan kepadaNya. Ia
adalah hamba Tuhan yang berintegritas. Dalam
ayat 1 Paulus menyatakan bahwa Allah sendirilah yang telah memanggil dia
untuk menjadi hambaNya, untuk menjadi rasul Yesus Kristus.
Hamba Tuhan lain yang berintegritas adalah Yohanes Pembaptis, seperti
disaksikan dalam Injil Yohanes 1:29-42. Sebagai hamba Tuhan, Yohanes
menyaksikan tentang Yesus Kristus sebagai Juruselamat dunia. Ia berkata,
seperti disaksikan dalam ayat 39, “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus
dosa dunia.”
Kesaksian Yohanes Pembaptis ini telah
mendapat respons positif dari Andreas dan Simon Petrus. Mereka kemudian
juga dijadikan hamba-hamba Tuhan yang berintegritas yang dipakai Tuhan untuk
memberitakan InjilNya.
Sebagai kesimpulan kita dapat mengatakan bahwa Firman Tuhan yang kita
renungkan ini menyaksikan tentang hamba-hamba Tuhan yang berintegritas. Mereka
telah dipanggil, dibentuk, dan diutus Allah untuk memberitakan InjilNya.
Penulis kitab nabi Yesaya, Paulus, Yohanes Pembaptis, Simon Petrus, dan
Andreas, adalah contoh dari orang-orang yang berintegritas yang telah dipanggil
Tuhan untuk menjadi hambaNya. Sekarang bagaimana dengan kita? Apakah kita juga
terpanggil untuk menjadi anak-anak Tuhan dan hamba-hamba Tuhan yang
berintergitas? Amin.
Disarikan dari khotbah Pdt. Em. Daniel pada Kebaktian Umum 15 Januari 2017 oleh ds)
No comments:
Post a Comment