Friday, January 13, 2017

Ringkasan Khotbah - 08 Januari 2017

Baptisan Yesus

Kata “baptizo” dalam bahasa Yunani punya beberapa arti yakni  memasukkan ke dalam cairan, mencelupkan, membasuh, dan mencuci. Jadi ada unsur “yang dimasukkan ke dalam” dan unsur itu “dipengaruhi”oleh cairan yang ke dalamnya benda itu dicelupkan entah seluruhnya atau sebagian.
Kalau Yesus menjalani ritus pembaptisan  pada bagian awal masa Dia harus mulai berkarya sebagai inkarnasi dan utusan Tuhan, Beliau menjani upacara agamawi yang menjadi proklamasi yang diwujudkan dengan satu tindakan simbolik pembaptisan bahwa Yesus sungguh-sungguh masuk ke dalam hidup manusia yang duniawi sepenuhnya. Beliau , Allah, yang mengambil bentuk dan menjadi sama dengan manusia seutuhnya.  Tindakan ini dirumuskan oleh Ibrani 4:15 sbb.

“Sebab Imam Besar  yang kita punya bukanlah Imam Besar yang tidak dapat ‘turut merasakan’ (sympathesai) kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa”.

Tuhan Yesus tidak hanya menyatakan ‘bisa mengerti dan memahami’ kondisi dan pergumulan-pergumulan jatuh bangun manusiawi – sikap empatik – tetapi Beliau, sendiri, masuk ke dalamnya dan berada di sana sebagai seorang manusia pada zamannya serta merasakan sendiri semua yang dialami oleh manusia – senang susah, sejahtera menderita, dll – sepenuhnya. Hanya satu yang menjadi pembeda antara Beliau dengan kita yakni bahwa menghadapi dan mengalami hidup yang sama seperti kita Dia tidak berbuat dosa!

Kalau Beliau masuk dalam kehidupan manusia duniawi sepenuhnya, rasanya ada dua sikap yang dilakukan Beliau secara konsisten dan konsekuen seumur hidupnya.

Yang positif. Kehidupan, karakter, sifat, dan karya Beliau menghadirkan tindakan Allah yang menyelamatkan dan mendatangkan damai sejahtera. Sifat welas asih, ramah, menghargai dan menghormati manusia sebagai manusia, bersedia bergaul dengan siapa saja, berlaku adil, bersikap benar dengan ikhlas dan rela adalah sedikit dari hal-hal positif yang diwujudnyatakan dalam hidup duniawi Tuhan kita Yesus Kristus seumur hidupnya.

Yang negatif. Beliau bisa menahan diri dan menyangkal diri supaya rencana keselamatan Bapa-Nya bisa diwujudnyatakan dengan lengkap. Beliau mampu mengekang diri untuk tidak menggunakan kekuasaan dan kekuatan yang Beliau miliki untuk hal-hal yang egoistis dan egosentris. Beliau bahkan bersedia mengorbankan diri dan hidupnya sampai mati demi terlaksananya kehendak luhur Sang Bapa untuk menyejahterakan dunia ini berserta isinya.

Keseluruhan dan keutuhan hidup Yesus sebagai manusia zamannya – yang dilambangkan dengan pembaptisan Beliau oleh Yohanes – biasa disebut sebagai ‘Peristiwa Yesus Kristus”  Peristiwa Yesus Kristus bukan hanya cerita tentang penderitaan, kesengsaraan, dan kematiannya saja tetapi meliputi seluruh rentang kehidupan Beliau mulai dari lahir sampai nanti Beliau akan datang kembali, entah kapan.

Kalau begitu apa kaitan Peristiwa Yesus Kristus ini dengan Perjamuan Kudus yang diselenggarakan oleh gereja sekarang? Perjamuan Kudus mau menghadirkan kembali Peristiwa Yesus Kristus itu dalam satu aktivitas yang menggambarkan pemberian diri Yesus yang total dan utuh itu, dalam  simbolik roti dan anggur, serta pengaruh yang diharapkan bagi para pengikut-Nya (baca: gereja) pada masa kini. Jadi ada proses memorisasi – mengingatkan ulang – peristiwa karya kasih Kristus yang kekal bagi geraja-Nya. Dia sendiri, secara faktual hadir dalam Roh-Nya yang Kudus yang tidak kasat mata. Formulir Liturgis Perjamuan Kudus menyatakan hal itu dalam rumusannya :


Saat ini kita hadir dalam peristiwa karya kasih Allah yang menyelamatkan dunia. kelahiran dan kehidupan Kristus, Anak-Nya,      di antara manusia, pembaptisan-Nya, perjamuan malam terakhir bersama murid-     murid-Nya, dan kematian-Nya.
Kita memberitakan kebangkitan Kristus dan kenaikan-Nya ke sorga dalam kemuliaan di mana Ia berdoa bagi dunia.
Kita merindukan kedatangan Kristus kembali pada akhir zaman untuk menggenapi segala sesuatu.
           
Maka sebagai persekutuan yang disatukan, dengan dan dalam Kristus, kita mengingat pengurbanan Kristus yang menyelamatkan,  yang dikaruniakan kepada umat manusia di semua tempat.

Dampak yang diharapkan.
Semangat dan spiritualitas Kristus itu merasuki diri para pengikut-Nya (baca: gereja-Nya) dan mempengaruhi perilaku etis-moral-akhlak mereka secara lebih baik dan lebih bersungguh-sungguh mereka untuk kehidupan kongkret demi dunia ini yang lebih baik dan lebih selamat.

(Disarikan dari khotbah Pdt. Em. Samuel Santoso pada Kebaktian Umum 08 Januari 2017 pk. 08.30 oleh ss) 

No comments:

Followers

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda


Kami Kerjalayan Kesehatan Anda

Kami Kerjalayan Kesehatan Anda