PUASA:
“MEMBERLAKUKAN KASIH
DAN KEADILAN”
Yesaya 58:1-12, Maz 51:1-17, II Kor 5:20b-6:10, Mat 6:1-6, 16-21
Ada sebuah tradisi unik yang biasa dilakukan oleh pasukan Romawi yang berhasil menaklukkan sebuah kota, yaitu mereka akan memasuki kota itu dengan berparade dengan barisan pasukan, lengkap dengan senjatanya. Yang unik adalah bahwa selalu saja ada seorang budak yang menguntit dan meneriakan kaliamat, memento mori! berulang-ulang kepada sang jendral Romawi yang sedang merayakan kemenangannya itu. Memento mori secara harafiah berarti, ingatlah akan hari kematianmu! Aneh! Teriakan itu bukanlah hal yang lazim untuk diperdengarkan dalam parade kemenangan. Tetapi melalui tradisi itu justru diharapkan bahwa sang jendral beserta seluruh pasukannya itu menyadari keberadaan dirinya, bahwa ia adalah fana, sama seperti masa kegemilangannya itu juga fana. Memento mori yang dibunyikan adalah sebuah upaya untuk menjaga sang jendral beserta pasukannya agar tidak terperangkap dalam identitas semu yang dapat membuat lupa diri.
Rabu Abu, sebuah tradisi yang hendak dibangkitkan lagi oleh gereja-gereja reformasi adalah juga sebuah upaya penyadaran akan kefanaan manusia. Banyak jemaat yang mengira bahwa Rabu Abu adalah tradisi gereja Katholik, padahal sesungguhnya tradisi ini ada jauh sebelum gereja mengalami perpecahan, yaitu lahir dari sebuah ibadah Israel Kuno. Sebuah ibadah yang hendak mengingatkan akan kefanaan dan ketidakberdayaan manusia sekaligus juga sebagai sebuah kesempatan untuk menyesali semua dosa yang diperbuat.
Pemolesan abu dengan membuat tanda salib di dahi yang disertai kalimat Ingatlah bahwa kamu debu dan akan kembali kepada debu adalah sebuah kalimat yang juga diharapkan dapat menolong kita terhindar dari sikap jumawa (sikap sombong, petantang petenteng, meremehkan manusia bahkan mengerdilkan Tuhan). Ke-Kristenan juga mengadopsi kalimat memento mori, ajakan untuk mengingat kefanaan manusia, kefanaan dunia dengan menambahi ajakan untuk memfokuskan diri pada hari penghakiman Tuhan serta memperhatikan nilai-nilai sorgawi, yaitu kasih dan keadilan.
Rabu Abu adalah ajakan bagi kita untuk memasuki minggu-minggu Pra Paska. Memasuki sebuah waktu khusus di mana kita dapat melatih aspek rohani kita dengan melakukan yang benar bagi sesama. Pada minggu-minggu ini biarlah kita sungguh-sungguh berjuang untuk melatih diri sehingga dapat mengarahkan hati kita kepada Allah dan memberikan tangan kita kepada sesama, seperti moto gereja Bala Keselamatan (Salvation Army), Heart for GOD, Hands for Man.
Selamat memasuki Pra Paska.
(Disarikan dari khotbah Pdt. Evelyne di kebaktian Rabu Abu)
No comments:
Post a Comment