BERJALAN DALAM KEBENARAN TUHAN
Dalam alkitab ada banyak perjalanan yang bermakna bagi kehidupan orang-orang yang dipanggil oleh Tuhan. Nuh, misalnya, mesti menem-puh perjalanan yang unik lewat bahteranya yang legendaris itu, Abraham mesti berjalan panjang tanpa lebih dulu tahu di mana tujuannya untuk waktu yang bertahun-tahun : Yakub juga mesti menempuh perjalanan kehidupan yang panjang dan unik. Dll. Dalam PB Yusuf dan Maria mesti berjalan dari Nazaret ke Betlehem, lalu ke Mesir dan kembali lagi ke Kanaan. Yesus juga melakukan perjalanan panjang dari satu tempat ke tempat yang lain mewartakan injil. Bagi sebagian orang perjalanan itu tidak bermakna apa-apa tetapi bagi sebagian lain perjalanan punya makna dan menambahkan hikmat bagi kehidupan mereka. Perjalanan ini kemudian menjadi sebuah perjalanan spiritual dan bukan hanya perjalanan fisik melulu. Mz 107 menggambarkan perjalanan spiritual umat Israel yang diakhiri dengan pengakuan akan kasih setia Tuhan.
Mz 25, serius untuk berjalan di jalan Tuhan. Beritahukan jalan-Mu, tunjukkanlah kepadaku, bawalah berjalan dalam kebenaran Tuhan. Dalam realita hidupnya ada orang yang tidak berjalan di jalan Tuhan lalu mengolok-olok orang lain dan dirinya sendiri sebagai orang berdosa. Berjalan di jalan Tuhan adalah sebuah pergumulan. Oleh sebab itu ia mau belajar mengerti jalan Tuhan dan ia menunjukkan sikap rendah hati di hadapan-Nya.
Apakah kita punya bekal yang cukup kuat untuk berjalan di jalan Tuhan. Kej. 9 menyatakan satu modal awal yaitu ‘perjanjian anugerah’ Tuhan. Tuhan yang berinisiatif membuat komitmen dengan umat-Nya. Kita punya hubungan yang khusus itu. Janji itu tidak pernah diingkari-Nya. Bahkan dosa manusia yang paling besar sekali pun tidak bisa mengalahkan kasih-setia Tuhan yang diikat-Nya dengan umat-Nya. Busur pelangi menjadi tanda keseriusan Allah untuk komitmennya ini.
Ketika Roh Kudus – seperti merpati – masuk ke manusia Yesus. Sang Bapa menegaskan Yesus adalah Anak-Nya dan keseriusan kehidupan Yesus yang menjadi personalisasi kebenaran Allah yang menyelamatkan manusia maka iblis dengan segala model pencobaannya tidak mempan dan tidak bisa mengalahkan-Nya. Perjanjian anugerah Tuhan ini menjadi modal yang paling kuat untuk perjalanan spiritual umat Allah.
Tentu saja perjalanan spiritual kehidupan orang yang berjalan bersama Tuhan bukanlah sebuah perjalanan yang mudah tetapi bukan perjalanan yang tidak mungkin. Tidak ada hal yang mustahil. Kita tidak perlu kuatir dan takut berlebihan terhadap krisis finansial global. Menghitung berkat Tuhan – yang menyelamatkan - secara cermat, akurat, dan tulus bisa menolong kita untuk bersikap arif dan bijaksana menghadapi atau bahkan mengatasi krisis yang menerpa kita. Mulailah dengan Tuhan dan komitmen-Nya selalu, kita terjamin, lalu berjalanlah di dalam Dia selalu.
(disarikan dari khotbah Pdt. Cucu Rustandi tgl. 01 Maret 2009 pkl. 08.00 oleh ss)
No comments:
Post a Comment