YANG MENYELAMATKAN NYAWA
AKAN KEHILANGAN NYAWA
Kej. 17:1-7, 15-16; Mzm. 22:23-32; Rom. 4:13-25; Mark. 8:31-38
M
embaca perkataan Tuhan Yesus kepada Petrus "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” membuat banyak diantara kita yang kemudian menjadi terhenyak. Mengapa Tuhan Yesus berkata seperti itu kepada Petrus, bukankah justru Petrus berbuat baik, dengan mengharapkan keburukan itu tidak menimpa Tuhan Yesus?
Saudara-saudara, Peristiwa ini didahului dengan peristiwa pemberitahuan bahwa Tuhan Yesus akan mengalami banyak penderitaan, dia akan ditolak bahkan akan dibunuh oleh para tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat (di Yerusalem). Dalam bagian lain ketika Tuhan Yesus mengajak para murid untuk pergi ke Yerusalem memberitakan pengampunan dan menyampaikan kasih Allah kepada penduduk di Yerusalem, saat itu Petrus melarang Yesus pergi.
Petrus mengajukan kota lain yang lebih aman dan lebih bersahabat untuk menyambut Yesus. Petrus berpikir jika Yerusalem tidak mau bertobat ya sudah tinggalkan saja orang-orang berdosa itu. Biar mereka tetap dalam kemalangannya. Tidak perlu memaksa masuk ke Yerusalem daripada nanti mati di sana. Lebih baik tidak usah melakukan apa-apa di sana daripada mati.
Tuhan Yesus mematahkan pandangan itu. Menurut Tuhan Yesus, jika seseorang tidak mau melakukan kehendak Allah demi mempertahankan hidupnya, maka ia justru akan kehilangan hidup (kekal)nya bersama Allah di sorga. Karena itu Tuhan Yesus mengajarkan, jika seseorang mau benar-benar hidup (tidak hanya untuk kehidupan di bumi ini sekarang ini saja), maka ia pertama harus mau menyangkali diri. Ini berarti seseorang yang sungguh ingin mendapat kesempurnaan hidup, maka ia harus bersedia mengganti (seluruh) kehendaknya, hasratnya, tujuannya dengan kehendak, hasrat dan tujuan Allah. Menyangkali diri adalah sebuah kesediaan untuk menerima dan menghayati bahwa apa yang dikehendaki Allah itu baik bahkan sangat baik adanya. Tidak sok berhikmat. Kedua ia harus bersedia untuk memikul salib. Tidak cukup sekedar menerima dan menghayati bahwa apa yang dikehendaki Allah itu baik, tetapi hidup sempurna menuntut suatu kesediaan untuk melakukan apa yang Allah kehendaki itu agar yang menjadi tujuan Allah itu dapat tercapai. Ketiga harus mau melakukan apapun yang Kristus lakukan, ucapkan dan pikirkan.
Alasan bahwa yang penting kita tetap hidup untuk kemudian kita tidak mau melakukan kebenaran Allah, adalah sebuah kesalahan yang sangat besar. Sebab kehidupan kita sekrang terkait erat dengan kehidupan yang akan datang. (Mark 8:30). AMIN.
(Disarikan dari khotbah Pdt. Evelyne Y, Minggu 8 Maret 2009 oleh Pdt. EY)
No comments:
Post a Comment