SIAPA MENCINTAI
NYAWA AKAN KEHILANGAN NYAWANYA
YOHANES 12:20-33
“Yang mempertahankan nyawa akan kehilangan nyawa” merupakan
pernyataan yang kontroversial, atau lebih tepatnya, paradoksal. Pernyataan itu
memberi kesan penyimpangan dari yang normal. Secara naluriah, makhluk hidup
akan berjuang untuk survival. Karena
itu, apa saja, atau siapa saja, akan melawan kalau nyawanya terancam. Mereka
ingin (sebisanya) terus hidup. Dan mereka yang berjuang keras mempertahankan
nyawa, cenderung akan lebih mampu bertahan hidup ketimbang mereka yang daya
juangnya lemah.
Namun, kehidupan yang tampak
paradoksal ini juga dijalani oleh Tuhan Yesus sendiri. Walaupun Dia berkuasa
atas maut, Tuhan rela menyerahkan nyawa-Nya. Walaupun Dia penuh kasih dan tak
pernah melakukan kesalahan, Tuhan rela mati disalib seperti layaknya seorang
penjahat besar. Tuhan lakukan semua itu demi misi untuk menyelamatkan manusia
yang berdosa dan terpisah dari Allah. Dia mati untuk menebus manusia yang
berdosa. Kematian dan penderitaan-Nya memberikan hidup baru kepada banyak orang
yang percaya kepada-Nya.
Kematian-Nya juga paradoksal.
Tiga hari di kubur, Tuhan mampu bangkit. Kematian-Nya sekaligus manjadi jalan
bagi kemuliaan-Nya. Setelah menyelesaikan tugas-Nya, Dia dimuliakan Allah Bapa.
Dalam kematian-Nya, Dia seperti kalah. Tetapi, kemudian ternyata Dia menang.
Kemenangan-Nya mengejek maut: “Hai maut, di manakah sengatmu...” lewat
pernyataan-Nya, Tuhan meminta umat-Nya agar juga berani berkorban untuk
melakukan tugas panggilan Tuhan, dan berjuang untuk kesejahteraan sesamanya.
Mereka yang tidak hidup untuk dirinya sendiri, tetapi yang melayani Tuhan dan
rela berkorban demi nama Tuhan, akan mendapatkan hidup yang kekal.
(diambil dari buku Dian Penuntun edisi 19
hal.201-202)
No comments:
Post a Comment