Kisah “turunnya” Roh Kudus
yang paling populer adalah versi Lukas dalam Kisah Para Rasul 2:1-13. Sebuah
kisah dramatis mengenai bagaimana para murid dalam ruang tertutup (sekali lagi)
mengalami hal yang supranatural: angin keras bertiup dalam rumah di mana mereka
berkumpul dan kemudian nampak lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka
masing-masing. Bukan itu saja, peristiwa spektakuler tersebut diikuti dengan
peristiwa yang tak tak kalah dahsyatnya, para murid bisa berbicara dalam
rupa-rupa bahasa manusia yang tidak pernah mereka pelajari dan ketahui
sebelumnya (xenalalia). Tiba-tiba
saja mereka dapat berkata dalam bahasa orang Partia, Media, Elam, Mesopotamia,
Yudea dan Kapadokiam Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan
daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, orang Kreta, orang Arab. Ini
sungguh tidak masuk akal, karena para murid adalah orang Galilea yang jarang
bersentuhan dengan orang asing sekarang tiba-tiba berbahasa asing.
Perkataan yang disampaikan
para murid mengenai Tuhan Yesus dan segala karyanya dalam bahasa yang akrab di
telinga orang-orang Yahudi yang mengembara ini kemudian membawa dampak yang
luar biasa. Mereka menjadi tahu kisah tentang Tuhan Yesus, apa yang diperbuat
dan apa yang terjadi padaNya. Dan berita itu mengubah mereka. Seketika itu,
mereka menyatakan diri bahwa mereka percaya pada berita Injil, berita bahwa
Allah sangat mengasihi mereka dan kemudian mereka memberi diri untuk dibaptis
(ayat 41).
Jika pada Perjanjian Lama,
Pentakosta terkait dengan panen gandum, maka dalam Perjajian Baru Pentakosta
adalah perihal “panen jiwa”, Roh Kudus menolong orang untuk dapat menyadari
dosanya dan bersedia hidup dalam pertobatan. Roh Kudus memberi anugerah kepada
manusia untuk dapat mengenal Allah sehingga didorong untuk mempersembahkan diri
secara penuh kepada Allah dengan menerima baptisan (karena itu tidak heran jika
pada Masa Raya Pentakosta ada beberapa gereja yang sekaligus melayani sakramen
Baptis Kudus).
Masa Raya Pentakosta
adalah masa yang baik juga untuk merenung ulang, seberapa jauh kita sudah
memenuhi janji baptis kita kepada Allah, janji untuk menjaga hidup kudus
(mengkhususkan pikiran, perkataan dan perbuatan semata untuk kemuliaan Allah),
serta janji memelihara dan membangun hidup persekutuan dengan sesama anak-anak
Allah?
Selamat mempersiapkan diri
menyambut Pentakosta.
(EY)

No comments:
Post a Comment