Friday, June 3, 2016

Ringkasan Khotbah - 29 Mei 2016

CARILAH BUKTINYA DAN YAKINLAH PADA ALLAH
1 Raja-Raja 8:22-23, 41-43; Mazmur 96:1-9; Galatia 1:1-12; Lukas 7:1-10

Tema “Carilah Buktinya dan Yakinlah Pada Allah”, tentunya bukan bermaksud dipertentangkan dengan Sabda Tuhan... “Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya” (Yohanes 20:29).  Tema ini mengajak kita untuk jeli melihat kehadiran dan karya Allah, peka mendengar suara dan mengenali kehendak-Nya, selanjutnya iman kita semakin kuat dan hidup kita sungguh menyenangkan hati Tuhan, bahkan kemuliaan Allah itu akan jelas terpancar melalui kehidupan kita.

Dalam bacaan pertama, 1 Raja-Raja 8:22-23, 41-43, kita melihat Raja Salomo yang berdoa saat peristiwa penahbisan Bait Allah, khususnya saat masuknya Tabut Allah ke dalam Bait Suci di Yerusalem.  Betapa haru dan syukur hatinya, melihat Tabut itu, yang mewakili kehadiran TUHAN, yang selama ini menemani Israel, mulai dari nenek moyang, zaman Musa, Yosua, Hakim-Hakim, Raja-Raja, dan sampai masa dia menjadi raja.  Ini bukti penyertaan Allah yang setia, walaupun manusia tidak setia dan sering memberontak meninggalkan Allah. 

Salomo dengan penuh haru, tergetar dan syukur, Allah yang dahsyat tidak ada bandingnya, adalah Allah yang setia, Allah memelihara umat-Nya, Allah yang ditinggikan di atas seluruh bangsa, dan kemuliaannya mengatasi seluruh bumi.  Hal yang senada diungkapkan oleh Pemazmur dalam Mazmur 96, bahkan dengan tegas meminta seluruh bumi untuk memuji, bernyanyi, sujud menyembah dengan kagum dan gentar di hadapan Allah yang dahsyat dan telah memberi anugerah keselamatan.

Seperti Israel, mungkin kita tahu tapi sudah jarang bahkan tidak merasakan lagi, bagaimana berharganya, dahsyatnya, dan indahnya kehadiran Allah yang setia mengiring perjalanan hidup ini.  Apakah ibadah kita sudah menjadi seremonial rutin yang dangkal saja, ataukah setiap kali masuk gereja, ikut kebaktian dan bersekutu dengan umat Tuhan, kita merasa tergetar, merasa kagum, merasakan dan melihat kehadiran-Nya dan pada akhirnya hidup kita semakin diubahkan.   Apakah kita masih bertemu Tuhan, apakah masih mendengar suara-Nya?  Apakah kita tidak tergetar dan tersungkur mengingat dan menghayati kembali Allah dahsyat dan setia memelihara hidup kita, bahkan menebus kita dengan mati di atas kayu salib?  Tidak merasakan kekaguman dan kegentaran akan hadirat Allah, bagaimana bisa berubah dan memancarkan kemuliaan Allah?  Mohon Tuhan ampuni kegagalan kita!  Mohon Tuhan menolong kita mencari kembali bukti-bukti kehadiran-Nya bahkan walau hanya dalam hal-hal sederhana dan rutinitas saja. 

Dalam bacaan kedua, Galatia 1:1-12, rasa haru dan syukur itu diungkapkan juga oleh Paulus atas kehadiran dan karya Allah yang memilih dan memakai dia yang tidak layak untuk menjadi hamba-Nya, seorang rasul.  Maka bukan dengan arogansi dan otoritas diri Paulus menasihati jemaat di Galatia, tetapi dengan kerendahan hati, ketidaklayakkan diri yang menjadi rasul, karena dipilih dan oleh Yesus Kristus dan Allah. 

Untuk semua bukti penyertaan dan karya Allah itu Paulus hanya ada satu jalan, yaitu menjadi hamba yang setia kepada tuannya, hamba yang setia adalah hamba yang tidak berubah hati terhadap kebenaran, hamba yang setia adalah hamba yang memberitakan Injil.  Hamba yang setia tidak mengkorupsi kebenaran dari Injil untuk kepentingan diri dan tujuan lain.  Kebenaran ya kebenaran tidak ada yang abu-abu, Injil keselamatan ya hanya satu tidak ada lain, jalan keselamatan dan hidup hanya dalam Yesus itu harga mati.

Selanjutnya dalam bacaan ketiga, Injil Lukas 7:1-10.  Kita melihat catatan tentang seorang Centurion, atau perwira Romawi, yang mengepalai 100 orang prajurit di Kapernaum.  Keberhasilan Centurion bukan karena status kedudukannya dan pengalaman militernya atau jasa-jasanya.  Tetapi karena dia berhasil mencari bukti-bukti, dengan mendengar dan mengamati semua kejadian di sekitarnya yang berhubungan dengan kehadiran dan karya Yesus Kristus.  Yang sakit disembuhkan, yang kusta ditahirkan, yang dibelenggu setan dibebaskan, bahkan ajaran-ajaran Yesus yang bagai terobosan, bagi dia, semua membuktikan bahwa Yesus bukan manusia biasa, tetapi sosok di atas manusia, dia adalah Tuhan, yang layak untuk didengarkan dan diimaninya.  Walaupun dia seorang yang dikategorikan kafir, bukan Yahudi, Perwira ini semakin mendengar, semakin mengenal, semakin beriman kepada Yesus sebagai Tuhan, melebihi orang Yahudi, umat Allah yang selalu beribadah kepada Allah.  Pengenalannya terhadap Yesus, menjadikan dia begitu rendah hati, tahu menempatkan diri, dirinya tidak layak, dan selanjutnya menempatkan Yesus pada posisi yang tertinggi dalam hidupnya.

Dalam kasus hambanya yang dihargai sakit perlu pertolongan Tuhan, kalau Centurion ini tidak datang sendiri menjumpai Yesus dan mesti minta para penatua Yahudi yang bantu bicara, bukan karena tidak sopan, tapi karena tahu diri sebagai kafir dan tidak layak maka tidak bisa “nyelonong dan nyerobot” begitu saja.  Kalau berikutnya dia mencegah Yesus, via teman-temannya, agar Yesus yang sudah datang tidak masuk ke rumahnya itu bukan karena “bo ceng li” atau tidak tahu aturan, tapi justru cengli, sebab dia tahu ketidaklayakkannya dan betapa Yesus agung dan cukup dengan firman-Nya satu patah kata saja, maka hambanya pasti sembuh.  Betapa tahu dirinya dan indahnya jiwa yang seperti ini.  Yesus sampai terkagum-kagum dan memuji.  Yesus jarang memuji dalam catatan Alkitab.  “Iman sebesar ini tidak pernah Kujumpai dalam umat Allah”, mengapa justru dalam orang kafir ini?  Yesus mungkin ucapkan dengan sedih dan bangga, kok tidak ada dalam umat Allah yang seperti ini.   Maka dengan sukacita Yesus menyembuhkan hamba dari perwira tersebut. 

Biarlah saat  kita membuka lembaran file kehidupan kita, kita mencari dan menemukan, betapa banyaknya catatan penyertaan dan karya Allah.  Selanjutnya kita semakin mantap melangkah dalam iman, pada akhirnya Allah berkenan atas kita dan melibatkan kita terus masuk di dalam karya Tuhan yang indah.  Oh ya, apakah hari ini  Tuhan Yesus sudah kagum dan memuji kita?  Yakinkah iman kita cukup menyenangkan hati-Nya?  Berbahagialah kita yang senantiasa menyenangkan hati-Nya.


(Disarikan  dari kotbah Pdt. Suriawan Edhi, GKI Bungur, Minggu, 29 Mei’16 oleh SE )

No comments:

Followers

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda


Kami Kerjalayan Kesehatan Anda

Kami Kerjalayan Kesehatan Anda