DARI MEJA PERJAMUAN MENUJU TEMPAT PERUTUSAN
Lukas 10:1-20
Hanya Lukas
di antara penginjil yang menceritakan tentang perutusan 70 murid ini. Mereka
diutus dua-dua ke tempat yang akan dikunjungi Yesus, agar mereka siap menyambutNya.
Dalam ajaran para nabi, ada tujuh puluh bangsa di dunia (Kejadian 10) yang
tersebar di seluruh bumi. Dengan demikian Yesus agaknya ingin menyatakan bahwa
kabar baik yang dibawaNya ditujukan bagi seluruh bangsa di dunia.
Yesus dalam mengutus murid-murid ini menyampaikan latar belakang
perutusan itu. Gambaran yang digunakan Yesus adalah gambaran mengenai panenan
yang melimpah. Tuaian memang banyak
tetapi pekerja sedikit (ayat 2). Dalam kontek ini Yesus meminta agar
murid-murid minta kepada Tuan yang mempunyai tuaian supaya mengirim
pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Namun meminta saja tidak cukup. Maka Yesus
menambahkan hal kedua, yaitu ‘pergilah,
sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.”
(ayat 3). Dari sini Yesus menegaskan 2 hal, pertama murid-murid memiliki tugas
perutusan. Tugas perutusan itu adalah menyampaikan damai sejahtera saat mereka
memasuki sebuah rumah (ayat 5), menyembuhkan orang-orang sakit dan menyampaikan
berita bahwa kerajaan Alah sudah dekat (ayat 9); kedua, mereka diutus seperti
domba ke tengah-tengah serigala. Selain tanpa bekal apapun termasuk pundi-pundi
dan kasut, mereka juga diingat bahwa tugas perutusan ini beresiko ditolak dan
penuh ancaman “serigala”. Namun perintah jangan membawa apapun dan gambaran
ancaman seperti anak domba ke tengah-tengah serigala , bukan berarti
murid-murid dibiarkan tanpa disertai Tuhan. Justru dalam keadaan tak berbekal
dan ancaman “serigala” murid-murid diarahkan dalam perlindungan Tuhan sendiri.
Yesus mengakhiri pesan perutusanNya pada ayat 10-12 dengan mengatakan
bahwa pada hari penghakiman sodom akan lebih ringan tanggungannya daripada
kota-kota yang menolak utusan Yesus.
Karena menolak utusan-utusan Yesus berarti
menolak Yesus sendiri seperti yang dikatakan dalam ayat 16, “barang siapa mendengarkan kamu, ia
mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku. Dan barangsiapa
menolak Aku ia menolak Dia yang mengutus Aku.” Pada ayat 17-20, perhatian
Yesus beralih lagi pada ke-70 murid-Nya yang berhasil menjalankan perutusanNya.
Hal ini berarti kekalahan bagi iblis.
Injil Lukas ingin menegaskan bahwa tugas perutusan yang berhasil
menyampaikan damai sejahtera, mewujudkan kuasa Yesus yang menyembuhkan atau
memulihkan dan membuka hati orang-orang lain untuk menyambut kerajaan Allah
yang sangat tergantung pada keeratan hubungan para utusan dengan Yesus Kristus
sendiri, sebagai pengutus, sahabat yang tersembunyi. Salah satu sarana mempererat hubungan umat
dengan Tuhan adalah Perjamuan Kudus. Perjamuan Kudus adalah “alat keselamatan” sarana untuk
memelihara dan mengembangkan persekutuan umat dengan Allah seperti yang
diungkapan dalam buku katekisasi “Tumbuh dalam Kristus”. Pasal 34 gereja. Oleh
sebab itu penghayatan umat terhadap Perjamuan Kudus harus semakin diarahkan
pada tugas perutusannya, yaitu menyampaikan damai sejahtera, memulihkan
kehidupan dan mempersiapkan orang lain untuk menyambut kerjaan Alllah dalam
hidupnya. Konkretnya, umat bersama semua orang yang berkeinginan baik, ikut
menjauhkan pengaruh-pengaruh jahat dalam pelbagai bentuknya yang terus
mengancam kehidupan seperti ketidak pedulian, dan lain sebagainya sambil
mewujudkan karya pemulihan dalam kehidupan.
(Diambil
dari buku Dian Penuntun edisi 22 hal.
56-57 )
No comments:
Post a Comment