Sunday, November 6, 2016

Ringkasan Khotbah 30 Oktober 2016

Bertobat Demi Keadilan!
Lukas 19:1-10

Di kota Yerikho, Tuhan Yesus berjumpa dengan seorang kepala pemungut cukai bernama Zakheus. Sebagai wilayah jajahan Romawi, maka penduduk Yerikho diwajibkan membayar pajak/cukai kepada kaisar. Untuk menjalankan tugas memungut cukai tersebut, maka diangkatlah orang-orang lokal (Israel) menjadi pegawai Romawi. Merekalah yang disebut dengan pemungut cukai, dan Zakheus adalah kepala para pemungut cukai di Yerikho.
                Membaca kisah Zakheus, seringkali kita terkesan dengan tubuhnya yang pendek dan kegigihannya untuk berjumpa Tuhan, sampai-sampai ia memanjat sebuah pohon hanya agar dapat melihat sosok Yesus. Dan ketika Tuhan Yesus melihatnya, Ia menyambut Zakheus dengan luar biasa, sehingga penuhlah sukacita Zakheus. Namun rupanya peristiwa tersebut disambut dengan sungut-sungut orang banyak. Menurut mereka, Zakheus adalah “orang berdosa” dan tidak pantas kalau Yesus singgah di rumahnya.
                Sebenarnya, apa salah Zakheus di sini? Bagaimana menurut anda? Apakah karena ia seorang pemungut cukai yang gemar menagih lebih dari yang diharuskan? Apakah karena ia mengambil apa yang bukan miliknya, sehingga bisa menjadi sangat kaya? Sebaiknya kita berhati-hati dalam mengambil kesimpulan. Bukankah Alkitab sama sekali tidak mencatat atau menyiratkan hal itu? Memang di kalangan orang banyak, pemungut cukai memiliki reputasi yang tidak baik: memeras, memanfaatkan posisi/jabatan mereka untuk menagih lebih daripada yang diwajibkan, memperkaya diri melalui korupsi. Itulah sebabnya orang sering mencibir dan memberi cap negatif kepada para pemungut cukai.
                Tetapi jangan lupa, Tuhan Yesus justru sering menggunakan sosok pemungut cukai untuk membalikkan dugaan orang banyak. Prasangka dan kebiasaan memberi cap negatif kepada orang, itulah yang justru tidak dikehendaki oleh Tuhan Yesus. Itulah sebabnya kisah ini menjadi begitu istimewa, karena melawan prasangka dan cemooh orang banyak, Zakheus berdiri dan berkata, “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin.” Lalu ia melanjutkan, “Sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang ... akan kukembalikan empat kali lipat.” Bukankah semua ini membuktikan bahwa Zakheus bukanlah orang jahat seperti yang dituduhkan orang banyak?
                Zakheus adalah gambaran seorang korban dari gosip, ngomongin orang, dan prasangka negatif yang seringkali menjadi kebiasaan buruk sebuah komunitas. Betapa ia bersukacita dan hidupnya tergugah untuk memberi dengan tulus ketika Tuhan Yesus datang dan bersedia menghampiri dirinya tanpa prasangka apa-apa. Tuhan berlaku adil kepada Zakheus.
                Sebagai sebuah persekutuan, terkadang kita terjebak pada kebiasaan bergosip, membicarakan orang lain, memberi cap berdasarkan prasangka dan stereotype. Tanpa kita sadari, hal-hal ini merupakan sebuah ketidak-adilan terhadap kehidupan orang lain dan menjadi beban yang kita tempelkan kepada mereka. Lewat kisah perjumpaan Tuhan Yesus dengan Zakheus kita hendak diingatkan untuk bertobat (metanoia, berbalik arah). Seperti dalam Yesaya 1 dikatakan, “berhentilah berbuat jahat, dan belajar berbuat baik ...”
                Marilah sebagai sebuah persekutuan, kita belajar untuk berhenti melakukan yang tidak baik, dan belajar berbuat yang baik. Tuhan memberkati.
(Disarikan dari kotbah Pdt. Roy Alexander S dari GKI Maulana Yusuf Bandung Minggu,

30 Oktober 2016) 

No comments:

Followers

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda


Kami Kerjalayan Kesehatan Anda

Kami Kerjalayan Kesehatan Anda