BERSAMA
ALLAH DALAM PENCOBAAN
Pencobaan sudah ada
sejak manusia pertama bahkan ketika mereka masih ada di Taman Eden hingga hari
ini. Dan jika kita melihat, baik dari Kejadian 3:1-7 dan kisah Pencobaan Tuhan
Yesus di Matius 4:1-11, maka kita akan menjumpai kemiripan dari inti pencobaan
itu.
1. Para pencoba itu
mencoba untuk mengalihkan fokus perhatian dari suara Allah kepada suara
dirinya. Dan upaya itu dilakukan dengan
memelintir perkataan Allah maupun teks Kitab Suci. Mereka mencoba agar manusia
lebih mau mendengarkan suaranya,
ketimbang mendengarkan suara Allah.
2. Para pencoba itu
berupaya untuk membuat manusia percaya kepada ucapannya ketimbang ucapan Allah.
Bahkan menciptakan kesan pada manusia bahwa ucapan Allah itu belum tentu benar,
ia harus diuji terlebih dahulu sebelum mempercayai Allah lebih dalam. Bahkan
dalam kitab Kejadian, Ular dengan terang-terangan mengatakan bahwa Allah salah,
Ia tidak benar, saat mengatakan bahwa manusia akan mati jika memakan buah
pengetahuan itu.
3. Para pencoba itu,
baik ular maupun iblis, mendatangi manusia bukan dalam rupa menakutkan, tidak
juga mendatangi manusia dengan membawa kutuk. Perhatikan, yang ditawarkan
kepada manusia pertama dan kepada Tuhan Yesus adalah sesuatu yang nampaknya
sangat baik: pengetahuan, pengertian, rasa kenyang, popularitas, kekuasaan dan
kekayaan. Bukankah itu semua bahkan seringkali diidentikan dengan berkat-berkat
Allah?
Menghadapi cobaan seperti itu tentu akan
melemahkan kemampuan kita bertahan, seperti halnya manusia pertama yang kalah.
Namun bukan berarti pencobaan selalu mengalahkan manusia, sebab Tuhan Yesus,
sebagai manusia memperlihatkan kepada kita bahwa pencobaan itu bisa kita
kalahkan melalui:
1. Kesungguhan untuk
memperhatikan dengan sungguh perkataan Tuhan. Memahami firman itu dengan benar
sehingga kita tidak akan dapat dengan mudah dibohongi pakai Alkitab (^^,).
2. Percaya dengan
sungguh pada Allah. Kondisi yang dihadapi sekarang tidaklah mengurangi kasih
dan kesungguhan Allah menolong kita.
3. Hati-hati dengan
keinginan kita, sebab itu bisa membawa kita jatuh dalam pencobaan. Berfokus
secara berlebihan pada keinginan bisa membuat kita lupa akan berkat Tuhan lain
yang sudah kita terima dengan limpahnya. Seperti manusia pertama yang diseret
keinginan akan buah pengetahuan itu, mereka lupa akan buah-buah dari pohon
lain, yang begitu banyak dan berlimpah ruah. Waspadalah terhadap tarikan
keinginan diri kita sendiri, namun biasakan untuk lebih tertarik memperjuangkan
keinginan Allah, seperti halnya Tuhan Yesus.
Pencobaan bisa kita lampaui jika telinga,
iman dan laku kita terarah terus kepada Allah, seperti yang Kristus sudah
teladankan.
Selamat
menjadi manusia yang melampaui!
Amin.
( disarikan dari kotbah Pdt. Evelyne
Yudiarti , tgl. 5 Maret 2017, oleh EY)
No comments:
Post a Comment