ANUGERAH ALLAH MENOPANG UMATNYA
(Kel. 17:1-7; Maz 95; Rm. 5:1-11; Yoh. 4:5-42)
Saudaraku, setiap tanggal 22 Maret kita
memperingati Hari Air Sedunia. Melalui hari Air Sedunia ada dua hal yang mau
ditekankan. Pertama, air merupakan kebutuhan dasar manusia. Malahan 2/3 dari
tubuh manusia adalah cairan. Oleh karena itu, ada anjuran minum air putih
minimal 2 liter sehari. Jika tubuh kita kekurangan cairan, akan mengalami
dehidrasi yang pada akhirnya bisa menyebabkan kematian. Hal kedua yang mau
ditekankan dalam hari Air sedunia adalah sebuah keprihatinan. Menurut PBB,
lebih dari satu miliar orang tidak memiliki akses terhadap air bersih, tiga
miliar orang tidak memiliki layanan sanitasi yang memadai, dan angka kematian
akibat penyakit menular melalui air yang kurang bersih mencapai tiga juta
kematian per tahun. Artinya, dunia ini mengalami krisis, yaitu sangat
kekurangan air bersih.
Saudaraku, bacaan pertama mengisahkan tentang
bangsa Israel yang mengalami krisis air. Mereka bertengkar dengan Musa di
Rafidim. Mereka marah karena kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi. Bisa
dibayangkan betapa stress-nya Musa
menghadapi rombongan yang sangat besar ini. Dicatat dalam Keluaran 12:37
terdapat + 600.000 laki-laki (belum termasuk perempuan,anak-anak dan
bangsa asing juga ternak yang dibawa). Jika dihitung dengan perempuan,
anak-anak dan bangsa asing mungkin bisa mencapai + 2.000.000 orang. Wow, rombongan yang besar sekali. Saya
membayangkan betapa “stress”-nya Musa memimpin rombongan ini. Apalagi rombongan
ini gemar bersungut-sungut. Pada akhirnya dicatat mereka pun berkata, “Adakah
Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak?”
Pertanyaannya,
apakah Bangsa Israel tidak percaya adanya TUHAN? Saya yakin, bangsa Israel itu
percaya 100 % kepada Tuhan. Sebab, Tuhan sudah menunjukkan pemeliharaannya dengan
membelah laut Teberau, memberikan air manis, memberikan manna. Kalau bukan
Tuhan siapa lagi? Namun, pertanyaan “Adakah Tuhan atau tidak”, lebih kepada
menghina keberadaan Tuhan. Meremehkan Tuhan. Kalau ada Tuhan, harusnya yang
menghiasi kehidupan mereka adalah yang bagus-bagus, yang indah-indah. Harusnya
kalau Tuhan ada, maka apa yang diharapkan, apa yang dibayangkan, apa yang
didoakan menjadi kenyataan.
Menjadi perenungan bagi kita mungkin dalam
pergumulan yang kita hadapi kita tidak sampai tega berkata, Tuhan ada atau
tidak. Tapi jujur, di dalam kehidupan ini, mungkin kita pernah kecewa terhadap
Tuhan. Mengapa yang kita doakan tidak sesuai dengan kenyataan. Minta, sehat
malah tidak sembuh-sembuh. Minta sukses dalam bisnis, malah rugi, malah kena tipu.
Minta diberi anak, tapi sudah 10 tahun belum juga dikasih. Pada akhirnya, kita
kecewa terhadap Tuhan. Ada sebuah ungkapan berkata, “Jalan Tuhan belum tentu
yang tercepat, bukan juga yang termudah, tapi sudah pasti yang terbaik.”
Pemeliharaan Tuhan kepada umatNya
tidak hanya urusan jasmani tetapi juga urusan rohani. Hal ini yang dapat kita
lihat dalam bacaan yang ke-3. Di dalam dahaganya, muncul seorang perempuan di
daerah Sikhar-Samaria datang ke sebuah sumur untuk mengambil air. Bisa saja
dipakai untuk mencuci, mandi,atau memasak. Namun, yang menarik adalah perempuan
ini mengambil air bukan pada jam-jam yang tidak lazim. Dikatakan bahwa ia
datang ke sumur itu pukul 12.00. Biasanya ibu-ibu mengambil air pagi atau sore.
Apa yang terjadi? Perempuan ini perempuan tidak benar (ayat 16). Tuhan Yesus
pun minta minum ke perempuan itu? Perempuan itu pun menolak (ayat. 9). Karena
terjadi permusuhan antara bangsa Yahudi dan bangsa Samaria. Tahun 722 SM,
Israel / Kerajaan Utara dikalahkan oleh Asyur dan banyak orang diangkut ke
dalam pembuangan (2 Raja-raja 17:3-6). Hanya orang-orang miskin yang tertinggal. Lalu
orang-orang asing dimasukkan ke sana dan kawin campur dengan orang-orang Israel
yang tertinggal (2 Raja-raja 17:24), sehingga timbul bangsa “blasteran”, yaitu bangsa
Samaria. Merekapun tidak lagi masuk dalam kumpulan umat pilihan. Yesus pun
berkata, “Jika kamu memberi, kamu akan diberi air hidup”. Apa yang dimaksud
dengan air hidup? Keselamatan. Bahwa hanya di dalam Yesus ada keselamatan. Tapi
perempuan ini salah paham. Dia pikir air yang dimaksud adalah air sumur. Memang
konteks padang gurun membuat seseorang mengharapkan air luar biasa. (ayat
11-12).
Melalui kisah ini hendak disampaikan bahwa
keselamatan diberikan tidak hanya untuk bangsa Israel tapi untuk siapa saja,
termasuk perempuan Samaria yang percaya kepada Yesus sumber air hidup, sumber
keselamatan. Saudaraku, kita juga adalah
perempuan-perempuan Samaria yang haus akan Air Hidup. Namun, Yesus sudah
memberikan Air Hidup itu, yaitu keselamatan kepada kita. Seperti yang
diungkapkan oleh Paulus di dalam Roma 5:8 “Akan tetapi Allah
menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh
karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”
Menjadi pertanyaan bagi kita, apakah yang akan kita lakukan setelah menerima
anugerah keselamatan dari Tuhan? Sebagai
orang-orang yeng menerima anugerah, kita belajar seperti perempuan Samaria ini
untuk membagikan kesaksian itu kepada sesama. Disaksikan dalam ayat 39, “Dan
banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepadaNya karena
perkataan perempuan itu.” Air hidup
sudah menjadi milik kita. Marilah kita menjadi saksi Kristus di tengah dunia
yang penuh dengan kekeringan akan cinta kasih, tandus karena kejahatan. Tuhan menolong kita. Amin.
( Disarikan
dari kotbah Pdt. Daud Chevi Naibaho, tgl.19 Maret 2017, oleh DCN)
No comments:
Post a Comment