Saturday, April 15, 2017

Ringkasan Khotbah - 09 April 2017

MENGALAHKAN KEKERASAN DENGAN KELEMBUTAN
(Matius 26:11-18)

Apakah Yesus menyambut dengan antusias elu-eluan masa rakyat pada waktu Ia masuk ke kota suci Yerusalem yang kita peringati sebagai Minggu Palmarum sekarang?  Saya merasa tidak antusias bukan hanya karena Dia pasti tahu semua motif salah yang ada pada para pengelu ini yang egois ini. Dia tahu mereka akan menjadikannya Mesias dan Raja seperti yang mereka pikirkan dan mereka impikan selama ini. Yesus menjadi raja atas sebuah kerajaan yang jaya seperti Daud, kakek moyangnya dulu. Mereka juga adalah ‘floating mass’ – masa mengambang – yang bergantung pada angin lebih keras yang bertiup. Tetapi lebih daripada motif massa rakyat godaan paling berat adalah provokasi sejenis yang muncul nyaris seumur hidupnya. Provokasi berat untuk MENGGUNAKAN KEKUASAAN DAN KEKUATAN YANG DIA MILIKI DAN SADARI UNTUK KEPENTINGAN YANG EGOIS SIFATNYA. Formula ‘jika kamu anak Allah .....”  Yesus sendiri sangat sadar bahwa dia memiliki kekuasaan dan kekuatan hebat dan luar biasa itu. Dia bisa menyuruh bangun orang lumpuh, mencelikkan mata orang buta, memberi makan lima ribu orang dari lima roti dan dua ikan, menyuruh teduh angin topan, dan membangkitkan orang mati! Wow ... Tetapi jelas sekali di sana bahwa kekuatan dan kekuasaan hebat itu hanya dipakai-Nya untuk melaksanakan keinginan-keinginan Bapa-Nya semata-mata untuk menyatakan kasih ilahi dalam bentuk yang kongkret tetapi bukan untuk kehendak dan kepentingan diri sendiri sama sekali! 

Elu-eluan masa rakyat “Hosana, hosana!” sambil menghamparkan pakaian mereka di tanah supaya keledai yang ditumpangi Yesus lewat di atasnya sangat atraktif dan ternyata kemudian segera berubah ‘salibkan Dia, salibkan Dia’ ! Yesus menampilkan diri sebagai Sosok yang teguh, tegar, dan tegas. Ia mampu menguasai dan mengendalikan diri-Nya sepenuhnya untuk tidak menggunakan kekuasaan dan kekuatan hebat itu sekali lagi, secara egois! Berhadapan dengan Pilatus, sang wali negeri itu, pun Ia tetap konsisten dengan sikapnya ini. Tidak berbicara, tidak membela diri, tidak menghiba-hiba minta dibebaskan dan diam, selama percakapan tentang dirinya sendiri. Sebuah sikap diam yang sangat aktif. Tetapi Ia berbicara kalau itu berkaitan dengan tugas utamanya sebagai anak Allah sebuah sikap yang, bagi Pilatus, tidak bisa dimengerti! Dia menunjukkan bahwa Ia hidup menomorsatukan Bapa-Nya yang ingin menyejahterakan manusia dan dunia ini. 

Sikap ‘diam’ dan ‘mengorbankan kepentingan sendiri’ Yesus mau mematahkan mata rantai kekerasan yang mejadi salah satu bentuk kelihatan dari cengkeraman kuasa dosa atas hidup manusia yang cenderung mengorbankan orang lain. Lemah lembut tidak berarti tidak punya prinsip, atau lemah tidak berdaya karena lemah lembut punya sisi lain dari tegas, dan kukuh yakni liat, tidak gampang patah (semangat).
Berbahagialah kita memiliki Junjungan semacam ini. Kita mesti belajar dari-Nya untuk juga menjalaninya.


(disarikan dari kotbah Pdt. Em. Samuel Santoso, minggu 9 April 2017 oleh ss)

No comments:

Followers

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda


Kami Kerjalayan Kesehatan Anda

Kami Kerjalayan Kesehatan Anda