KEBANGKITAN-NYA MENGOBARKAN KEBERANIAN &
PENGHARAPAN
YOHANES 20:19-31
Seorang GSM berkata,
untung dia dari kecil sudah Kristen, karena kalau baru sekarang mungkin sulit
untuk dia percaya pada ajaran Kristen.
Era post-modern, orang tidak lagi
percaya pada satu sumber otoritas tertinggi, semua orang berhak memiliki pendapatnya
sendiri. Sayangnya ini juga membuat orang merasa tidak perlu mendengarkan
gereja, bahkan agama. (Kita melihat agak berbeda di Indonesia baru-baru ini).
Maka
ada beberapa golongan:
a. Believers
b. Seekers
c. Doubters
(mereka ini ada di dalam gereja dan bergumul)
d. Skeptics
e. Non
believers
Tomas adalah salah satu
yang mewakili golongan doubters ini.
Sekarang kita mau melihat bagaimana belajar dari Tomas dan bagaimana menyikapi
orang seperti Tomas.
Apakah Tomas dapat
disalahkan?
Ø
Pdt. Andar Ismail dalam salah satu
bukunya pernah menggambarkan Tomas sebagai karakter yang realistis, rasional
tapi juga pesimis, lihat:
Yohanes 11:16 Lalu
Tomas, yang disebut Didimus, berkata kepada teman-temannya, yaitu murid-murid
yang lain: "Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan
Dia."
Yohanes 14:5 Kata
Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi
bagaimana kami tahu jalan ke situ?"
Ø
Ia mengalami ‘pembenaran atas ekspektasinya yang rendah’.
Sesungguhnya, baik kita bersikap optimis atau pesimis, suatu saat akan benar.
Misal: akan sial, ya kejadian. Sebaliknya, fake it till you make it.
Ø
Tidak bertumbuh bersama dengan murid-murid yang lain sehingga
ada kesenjangan pengalaman iman. Sebetulnya murid yang lain juga percaya karena
sudah melihat apa yang Tomas ingin lihat, bedanya hanya mereka ada di sana
ketika Yesus menampakkan diri
Apa kelebihan Tomas? Ia
setia, tetap ada di kumpulan orang percaya. Maka kalau kita ragu, jangan
menjauhkan diri dari komunitas iman.
Sebaliknya, sebagai
persekutuan, jangan kita menghakimi atau menyingkirkan orang yang sedang
bergumul dengan imannya.
Namun untuk apa
sih percaya? Memang kenapa kalau imanku segitu-gitu aja? Banyak orang tidak
percaya, mereka bisa hidup dan tampak bahagia juga kan?
Unless we live hidup dengan suatu
keyakinan yang kuat, maka hidup ini akan hambar bahkan hampa.
Ini yang dalam
refleksinya oleh Paul Tillich
disebut sebagai “ultimate concern”
yang dimiliki oleh setiap manusia. Kepedulian yang utama, apa pun itu.
Keyakinan atau ultimate concern inilah yang memberi
kita energy dan semangat untuk dapat
melakukan hal-hal yang tak terpikirkan.
Dalam kisah Injil, Yesus
menyatakan diri lagi kepada Tomas, dan apa yang Tomas minta untuk lihat,
ditunjukan-Nya. Membuka diri.
YESUS menunjukkan luka-lukanya.
Membuat orang percaya Tuhan bukan dengan success
story, justu melalui luka-luka dalam hidup yang berhasil kita lalui, orang
akan merasa mendapat tempat dalam persekutuan.
(Disarikan dari khotbah Pdt. Yolanda Pantou pada Minggu,
23 April 2017 oleh Yp)
No comments:
Post a Comment