Saturday, April 29, 2017

Ringkasan Khotbah - 23 April 2017

KEBANGKITAN-NYA MENGOBARKAN KEBERANIAN & PENGHARAPAN
YOHANES 20:19-31
 
Seorang GSM berkata, untung dia dari kecil sudah Kristen, karena kalau baru sekarang mungkin sulit untuk dia percaya pada ajaran Kristen.
Era post-modern, orang tidak lagi percaya pada satu sumber otoritas tertinggi, semua orang berhak memiliki pendapatnya sendiri. Sayangnya ini juga membuat orang merasa tidak perlu mendengarkan gereja, bahkan agama. (Kita melihat agak berbeda di Indonesia baru-baru ini).
 Maka ada beberapa golongan:
a.     Believers
b.     Seekers
c.     Doubters (mereka ini ada di dalam gereja dan bergumul)
d.     Skeptics
e.     Non believers
Tomas adalah salah satu yang mewakili golongan doubters ini. Sekarang kita mau melihat bagaimana belajar dari Tomas dan bagaimana menyikapi orang seperti Tomas. 

Apakah Tomas dapat disalahkan?
Ø      Pdt. Andar Ismail dalam salah satu bukunya pernah menggambarkan Tomas sebagai karakter yang realistis, rasional tapi juga pesimis, lihat:
Yohanes 11:16  Lalu Tomas, yang disebut Didimus, berkata kepada teman-temannya, yaitu murid-murid yang lain: "Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia."
Yohanes 14:5  Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?"
Ø  Ia mengalami ‘pembenaran atas ekspektasinya yang rendah’. Sesungguhnya, baik kita bersikap optimis atau pesimis, suatu saat akan benar. Misal: akan sial, ya kejadian. Sebaliknya, fake it till you make it.
Ø  Tidak bertumbuh bersama dengan murid-murid yang lain sehingga ada kesenjangan pengalaman iman. Sebetulnya murid yang lain juga percaya karena sudah melihat apa yang Tomas ingin lihat, bedanya hanya mereka ada di sana ketika Yesus menampakkan diri
Apa kelebihan Tomas? Ia setia, tetap ada di kumpulan orang percaya. Maka kalau kita ragu, jangan menjauhkan diri dari komunitas iman.
Sebaliknya, sebagai persekutuan, jangan kita menghakimi atau menyingkirkan orang yang sedang bergumul dengan imannya.
 Namun untuk apa sih percaya? Memang kenapa kalau imanku segitu-gitu aja? Banyak orang tidak percaya, mereka bisa hidup dan tampak bahagia juga kan?
Unless we live hidup dengan suatu keyakinan yang kuat, maka hidup ini akan hambar bahkan hampa.
Ini yang dalam refleksinya oleh Paul Tillich disebut sebagai “ultimate concern” yang dimiliki oleh setiap manusia. Kepedulian yang utama, apa pun itu.
Keyakinan atau ultimate concern inilah yang memberi kita energy dan semangat untuk dapat melakukan hal-hal yang tak terpikirkan.

Dalam kisah Injil, Yesus menyatakan diri lagi kepada Tomas, dan apa yang Tomas minta untuk lihat, ditunjukan-Nya. Membuka diri.
YESUS menunjukkan luka-lukanya. Membuat orang percaya Tuhan bukan dengan success story, justu melalui luka-luka dalam hidup yang berhasil kita lalui, orang akan merasa mendapat tempat dalam persekutuan.

(Disarikan dari khotbah Pdt. Yolanda Pantou pada Minggu, 23 April 2017 oleh Yp)

No comments:

Followers

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda


Kami Kerjalayan Kesehatan Anda

Kami Kerjalayan Kesehatan Anda