Friday, August 25, 2017

Ringkasan Khotbah - 13 Agustus 2017

Allah Hadir Untukmu
Matius 14:22-33

Orang Yunani Romawi menggambarkan dewa dewi mereka secara paradoksal. Mereka digambarkan persis seperti manusia pada umumnya, punya ambisi, suka mencinta tetapi juga membenci, saling bersaing, bisa juga baku bunuh. Masing-masing punya kawasan kekuasaannya. Meski pun digambarkan seperti layaknya manusia, mereka tidak punya sangkut paut dengan manusia. Mereka jauh di kawasan yang tidak terhampiri manusia.

Salah satu dewa Romawi, FATA, adalah dewa yang punya kekuasaan dan otoritas mutlak untuk menentukan garis hidup manusia. Dia seperti seorang programer pembuat robot yang begitu berkuasa menentukan ‘spek’ dari si robot. Seperti apa maunya demikianlah robot ini menjalaninya nanti. Si robot, betapa pun canggihnya, tidak bisa mengatur dirinya sendiri sama sekali. Si programer sesudah menentukan ‘garis nasib’ sang robot juga ‘tidak peduli’ pada si robot lagi. Dewa ‘penentu garis nasib manusia’ juga seperti si programer ini. Ia menentukan baik buruk, untung malang, bahagia menderita, selamat celaka manusia dan sesudah itu dia tidak peduli lagi. Tinggal manusia menjalani ‘garis nasib’ itu tanpa berdaya mengubahnya. Sang Penentu nasib, jauh di atas sana tidak punya urusan  lagi dengan manusia. Dia tidak punya hati, tidak bisa merasa iba atau berbelaskasih kepada mereka yang nasibnya celaka. Dewa Fata sikapnya dingin setelah menentukan ‘fatum’ (=nasib) manusia.

Allah yang diperkenalkan Alkitab tidak demikian. Betul, Dia Mahapencipta yang Mahakuasa atas kehidupan alam semesta ini termasuk manusia tetapi Dia tidak acuh tak acuh atau cuek. Ia hangat, punya hati, bisa merasa iba, punya rasa cemburu dan bisa marah tetapi memiliki pengendalian diri yang sempurna. Dia bisa menyesal bila mengambil satu keputusan yang terasa mengancam manusia tetapi tetap bersikap tegas! Tuhan semacam ini tidak hanya punya sifat-sifat yang luhur manusiawi semacam itu tetapi konsekuen dengan ... mewujudnyatakannya. IA HADIR UNTUK MANUSIA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA. Ketika Ia melihat orang-orang Ibrani itu ditindas oleh Firaun, Ia peduli, mendengar, berbelas-kasih dan ‘turun’ (Kel 3:7-8) lalu membebaskan mereka. Surat Ibrani 4:15 mendefinisikan tentang Imam Besar, yang adalah Yesus Kristus sendiri, bahwa Dia ikut merasakan kelemahan-kelemahan manusiawi kita sepenuh-penuhnya dengan pembedanya hanya satu bahwa Ia tidak berdosa! Kata yang dipakai di sini ‘sympathesai’ – simpati bukan hanya bisa mengerti dan memahami tetapi sendiri turut merasakan bahkan hal-hal yang buruk sekali pun. Yesus memang menjadi personifikasi dari KEHADIRAN ALLAH YANG BERKARYA DEMI KEBAIKAN HIDUP MANUSIA.

Kisah tontontan teatrikal yang disaksikan oleh nabi Elia di bukit Horeb (1Raj 19:11-12) dalam kondisi emosinya yang sedang jatuh, merasa frustrasi, dan sendirian tetapi ketakutan mengajarkan kepada kita dinamika cara Allah hadir dan bekerja dalam kehidupan umatnya. Tidak selalu dengan tindakan-tindakan yang spektakuler bombastis tetapi juga dalam hening, segar dan senyap (dan memang lebih banyak yang demikian). Dia tidak selalu hadir dalam bentuk ‘berjalan di atas air’ secara ajaib Mat 14:22-33) tetapi juga, pada cerita yang mirip, ketika Ia tidur di buritan saat perahu murid-murid-Nya diterpa badai dan hampir tenggelam pun (Mat 8:23-27). Seolah Yesus berkata:”Jika kamu percaya penuh kepada-Ku, bahkan Aku tidur pun di perahu kehidupanmu, kamu bisa berlayar dengan selamat sampai ke tujuan!” Kenapa bisa. Karena Dialah yang menyuruh kita mendayungkan perahu kehidupan kita ke seberang, Dia menjamin keselamatan kita. Dia hadir dan berbuat, percayalah!


(disarikan dari khotbah Pdt. Em. Samuel Santoso Minggu, 13 Agustus 2017 oleh ss)

No comments:

Followers

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda


Kami Kerjalayan Kesehatan Anda

Kami Kerjalayan Kesehatan Anda