Status Palsu
Matius
21 : 33 – 46
Menjadi Puteri Indonesia, mungkin jadi status idaman banyak perempuan di
Indonesia. Siapa yang tidak mau menjadi perempuan paling
cantik dan cerdas se-Indonesia. Namun,
di balik status yang disandangnya, dia
harus menunjukkan sikap yang bisa menjadi teladan, dia punya tugas menjadi duta
Indonesia yang memperkenalkan Indonesia kepada banyak kalangan. Atau contoh
yang negatif, banyak orang berebut jadi anggota dewan, meskipun tidak semua,
namun sebagian besar hanya ingin mengejar status yang menghasilkan, soal
tanggung jawab ya nanti saja belakangan dilakukan. Status seringkali menjadi hal yang sangat penting
dalam kehidupan banyak orang, namun, banyak orang yang tidak bisa menghidupi
status itu, sehingga status itu menjadi status palsu.
Status
palsu juga ditunjukkan oleh bangsa Israel – umat pilihan Allah.
1. Dalam Kitab Yesaya, Tuhan sudah merawat begitu rupa
kebun anggur yang adalah representasi dari Israel, namun Israel tidak mampu
membuahkan hasil yang sesuai dengan apa yang diingini Tuhan. Bangga dengan
status sebagai umat pilihan Allah tapi hidup jauh dari Allah.
2. Dalam Injil, perumpamaan yang disampaikan Tuhan Yesus
juga mengkritisi sikap hidup beragama kebanyakan bangsa Israel, secara khusus
para pemuka agama Yahudi. Mereka bangga dengan status umat pilihan Allah, orang
pilihan Allah, namun mereka tidak bisa menunjukkan gaya hidup yang sesuai
dengan status sebagai umat Allah.
3. Berbeda dengan Paulus yang mengalami perubahan
paradigma. Dengan tepat Paulus menggambarkan perubahan
paradigmanya ‘yang dulu kuanggap ‘menguntungkan’ dianggap sebagai
‘kebangkrutan’ (totally lossed).
Paulus merasa previlege, status yang
dimilikinya – yang selama ini dibanggakannya tidak berarti lagi. Karena Tuhan memberikan dengan cuma-cuma anugerah
keselamatan tanpa menuntut manusia harus berbuat sesuatu terlebih dahulu.
Status
sebagai umat Allah perlu disadari sebagai anugerah yang diberikan Tuhan bagi
kita. Di satu sisi ini memang jadi kebanggaan buat manusia, di sisi lain, perlu
disadari bahwa status sebagai umat Allah bukan hanya sekedar kebanggaan saja.
Status itu perlu diimbangi dengan perubahan prinsip hidup, pola dan perilaku
praktis yang terwujud nyata dalam kehidupan sehari-hari sebagai responsi yang
paling pantas terhadap anugerah Tuhan kepada kita.
(disarikan dari khotbah Pdt. Nugraheni
Iswara Adi-GKI Buaran ,08 Oktober 2017 oleh nia)
No comments:
Post a Comment